Sebagaimana informasi sebelumnya, gempa bumi yang pertama sebagai pembuka atau foreshock dilaporkan terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB dengan magnitudo 5,9 pada episentrum 2,99 LS dan 118,89 BT atau di darat pada jarak empat kilometer (km) arah Barat Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km. Selanjutnya, gempa yang kedua atau mainshock terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28 WIB dini hari dengan magnitudo 6,2. Adapun episentrumnya 2,98 LS dan 118,94 BT atau di darat pada jarak enam km arah Timur Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km. "Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju," ucap BMKG.
Hal itu dibuktikan dari hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thurst fault. BMKG juga mengatakan bahwa mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok yang terjadi pada 2018 yang mana bidang sesar membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan.
Lebih lanjut, mengenai Sesar Naik Mamuju, BMKG mengatakan bahwa hal itu memiliki magnitudo dengan target mencapai 7,0 dengan laju geser sesar adalah dua milimeter (mm) per tahun. Sehingga, sesar aktif ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.