Selasa 12 Jan 2021 18:34 WIB

Rekor Kematian Covid dan Ancaman Lumpuhnya Sistem Kesehatan

"Apabila angka ini terus meningkat sistem kesehatan kita akan lumpuh," kata Wiku.

Petugas medis melakukan pendataan saat mengantarkan pasien Covid-19 ke Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Sabtu (9/1). Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito memperingatkan sistem kesehatan di Indonesia akan lumpuh jika pemerintah dan masyarakat gagal menekan laju penambahan kasus positif. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas medis melakukan pendataan saat mengantarkan pasien Covid-19 ke Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Sabtu (9/1). Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito memperingatkan sistem kesehatan di Indonesia akan lumpuh jika pemerintah dan masyarakat gagal menekan laju penambahan kasus positif. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Silvy Dian Setiawan, Rusdy Nurdiansyah

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan penambahan jumlah kasus kematian yang mencapai rekor terbaru pada Selasa (12/1). Satgas melaporkan, sebanyak 302 orang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir ini dan menjadikan total kasus meninggal karena Covid-19 mencapai 24.645 orang.

Baca Juga

Selain itu, jumlah kasus positif baru juga kembali mencapai angka lebih dari 10 ribu. Dari 70.309 pemeriksaan spesimen terhadap 40.548 orang, ditemukan penambahan kasus positif baru sebanyak 10.047. Sehingga total kumulatif kasus positif hingga hari inipun telah mencapai 846.765.

Dari jumlah penambahan kasus positif pada hari ini, positivity rate Covid-19 harian pun tercatat sebesar 24,77 persen. Lebih lanjut, sebanyak 7.068 orang pun dinyatakan telah sembuh dari Covid-19 pada hari ini dan menjadikan total kumulatif kasus sembuh mencapai 695.807 orang.    

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito memperingatkan sistem kesehatan di Indonesia akan lumpuh jika pemerintah dan masyarakat gagal menekan laju penambahan kasus positif. Penambahan kasus positif harian pada beberapa hari terakhir ini yang bahkan mencapai lebih dari 10 ribu kasus pun harus diwaspadai seluruh pihak.

“Apabila angka ini terus meningkat dan menyebabkan kasus rumah sakit penuh, maka sangat berpotensi untuk menaikkan angka kematian akibat Covid-19. Sistem kesehatan kita akan lumpuh,” ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (12/1).

Satgas melaporkan 10 besar provinsi memiliki tingkat keterisian tempat tidur ruang isolasi dan ICU lebih dari 60 persen. Tingkat keterisian tempat tidur di DKI Jakarta yang tertinggi yakni mencapai 82 persen, Banten mencapai 81 persen, DIY sebesar 78 persen, Jawa Barat sebesar 75 persen, dan Jawa Timur sebesar 71 persen.

Sedangkan tingkat keterisian kamar di Sulawesi Selatan mencapai 71 persen, Jawa Tengah sebesar 71 persen, Sulawesi Tengah sebesar 65 persen, Kalimantan Timur sebesar 64 persen, dan Lampung sebesar 63 persen.

“Apabila tempat tidur di fasilitas kesehatan penuh 100 persen, maka pasien-pasien Covid-19 baru, terlepas dari tingkat keparahan penyakitnya dan kebutuhannya atas penanganan di rumah sakit, tidak akan bisa ditangani,” jelas Wiku.

Hal ini disebabkan rumah sakit tak memiliki kapasitas lagi untuk menangani para pasien tersebut. Sebab, fasilitas dan tenaga kesehatan di rumah sakit juga terbatas. Wiku menyebut, petugas kesehatan di rumah sakit yang memiliki tingkat keterisian 60-70 persen saat ini sudah sangat kewalahan menangani para pasien Covid-19.

“Apabila terus meningkat, maka beban tenaga kesehatan akan semakin besar dan potensi penularan Covid-19 pada tenaga kesehatan juga akan semakin meningkat,” tambahnya.

Wiku menilai, jika sistem kesehatan di Indonesia sudah lumpuh, maka tak hanya merugikan para pasien Covid-19 namun juga seluruh masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan di rumah sakit ini akan sangat terdampak dan para tenaga kesehatan akan semakin kewalahan menangani pasien.

“Sehingga angka kematian di Indonesia bisa meningkat bukan semata-mata karena Covid-19, namun juga karena penyakit-penyakit lain yang tak dapat ditangani akibat penuhnya rumah sakit,” jelasnya.

Karena itu, Wiku mengingatkan masyarakat dan juga pemerintah daerah agar tak meremehkan pandemi ini. Masyarakat pun dimintanya agar tak abai menjalankan protokol kesehatan.

Kondisi semakin gawatnya tingkat keterisian RS tergambar di ibu kota. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes DKI Jakarta, Weningtyas pekan lalu memprediksi ruangan Intensive Care Unit (ICU) di RS rujukan pasien Covid-19 Jakarta akan penuh pada Februari 2021.

Dia menyebut, prediksi itu bisa saja terjadi terjadi lantaran penambahan kasus Covid-19 di Ibu Kota lebih cepat dibandingkan kemampuan penambahan tempat tidur ICU dan isolasi.

"Kendalanya tentu penambahan kasus lebih cepat dibandingkan kemampuan pengembangan tempat tidur (ICU dan isolasi). Bila tidak dilakukan intervensi maka di Februari itu kami untuk ICU sudah penuh," kata Weningtyas dalam Rapat Koordinasi 10 Provinsi Dengan Kasus Covid Tertinggi yang dilakukan secara virtual melalui Youtube, Kamis (7/1).

Dia mengungkapkan, per 3 Januari tempat tidur ICU di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 Ibu Kota telah terpakai sebanyak 79 persen. Sedangkan tempat tidur isolasi harian (non-ICU) terpakai sebanyak 87 persen.

Weningtyas pun menuturkan, total tempat tidur yang disediakan Pemprov DKI di RS Jakarta sebanyak 24.498 unit, dengan rincian 8.085 tempat tidur untuk ruang ICU dan sisanya untuk ruangan non-ICU. Ia pun sudah meminta agar rumah sakit non-rujukan bisa menerima pasien Covid-19 dengan persentase kapasitas 30 persen bagi pasien non-Covid dan 70 persen untuk pasien Covid-19.

"Bila 50 persen bed (tempat tidur) dapat dikonversi menjadi bed Covid, maka tentu saja pasien non-Covid juga tetap harus kita perhatikan," ujarnya.

Selain kendala tempat tidur pasien, sambung dia, jumlah tenaga kesehatan (nakes) juga menjadi perhatian khusus. Menurutnya, perlu ada penambahan jumlah nakes di DKI Jakarta.

"Kemudian SDM-ya juga kurang dan perlu penambahan kompetensi. Selain jumlah (tenaga kesehatan) juga kompetensinya (harus ditambah)," imbuhnya.

Di Yogyakarta, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembayun Setyaningastutie mengatakan, penggunaan bed untuk penanganan kasus non critical atau bed di ruang isolasi sudah lebih dari 90 persen. Bed non critical yang disediakan untuk penanganan Covid-19 di DIY mencapai 642 bed dari total 4.475 bed yang ada di rumah sakit rujukan.

"Di 27 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 memang ada 4.475 bed dan dedikasikan untuk Covid-19 sebanyak 642 bed atau sekitar 14,3 persen," kata Pembayun kepada wartawan dalam wawancara yang digelar melalui Zoom, Senin (11/1).

Sedangkan, untuk penggunan bed critical atau ICU yaitu 67 persen. Bed untuk penanganan kasus critical ini disediakan sebanyak 76 bed dari total 520 bed yang ada di 27 rumah sakit rujukan Covid-19.

"Jadi, (bed critical) baru 14,6 persen (dari total bed yang didedikasikan untuk penanganan Covid-19)," ujarnya.

Walaupun pengunaan bed penanganan Covid-19 di DIY sendiri sudah kritis, terutama untuk non critical, penambahan bed terus dilakukan. Pembayun menyebut, pihaknya mendorong rumah sakit rujukan untuk menambah bed tergantung dengan SDM yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut.

Penambahan bed terutama dilakukan di RSA UGM, RSUP Dr. Sardjito dan RSPAU dr.S. Hardjolukito. Ketiga rumah sakit rujukan ini memiliki fasilitas dan ruangan lebih yang digunakan untuk penanganan Covid-19.

"Kami prihatin dengan kondisi ini, tapi bukannya teman-teman dr 27 rumah sakit rujukan ini tidak berupaya menambah bed-nya," jelas Pembayun.

Kondisi kritis juga terjadi di Depok, Jawa Barat. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Enny Ekasari, Snein (11/1), menyatakan, tingkat keterisian RS di di Depok selalu di atas 80 persen.

"Berdasarkan laporan RS online, sejak November 2020, Bed Occupancy Ratio (BOR) tempat tidur pasien Covid-19 selalu di atas 80 persen baik tempat tidur ICU maupun tempat tidur perawatan isolasi. Sedangkan angka BOR ideal berada dikisaran 50 sampai 70 persen," kata Enny.

RS di Kota Depok sudah berupaya meningkatkan kapasitas tempat tidur. Berdasarkan data pada 31 Desember 2020, jumlah tempat tidur untuk ICU bertambah dari 13 ke 62 tempat tidur dan menambah dari 485 menjadi 734 tempat tidur untuk ruang perawatan isolasi.

Enny mengharapkan, masyarakat dapat terus menjalankan 3M dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Juga tetap berada di rumah sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

"Pencegahan harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat, disiplin protokol kesehatan juga harus ditingkatkan," harapnya.

 

photo
Indonesia sumbang 0,89 persen kasus Covid-19 di dunia - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement