Selasa 12 Jan 2021 12:47 WIB

KNKT: Sistem Pesawat Masih Berfungsi Sebelum Membentur Air

Dari 10.900 kaki, Sriwijaya turun sampai 250 kaki, Sriwijaya masih bisa kirim data.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan, sistem pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih berfungsi dan mampu mengirim data sebelum jatuh di perairan Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, menjelaskan ,pihaknya telah mengumpulkan data radar ADS-B dari Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia). Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB.

Pesawat Sriwijaya Air terbang menuju arah barat laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki. Namun, selanjutnya pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat berada di ketinggian 250 kaki.

"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum membentur air," kata Soerjanto dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (11/1).

Data lain yang didapat KNKT dari KRL Rigel adalah sebaran puing-puing (wreckage) memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter. "Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," kata Soerjanto.

Dia menambahkan temuan pesawat yang telah dikumpulkan Basarnas, salah satunya adalah bagian mesin turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan. "Kerusakan pada fan blade menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki."

Soerjanto menjelaskan, upaya pencarian kotak hitam, yakni flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) telah menangkap sinyal dari locator beacon. "Dari sinyal yang diperoleh sudah dilakukan pengukuran dengan triangulasi dan telah dilakukan perkiraan lokasi seluas 90 meter persegi. Sejak pagi hari ini, tim penyelam sudah mencari di lokasi yang sudah diperkirakan,” katanya.

Soerjanto mengatakan proses investigasi masih terus berlangsung dan akan melakukan kegiatan, antara lain melanjutkan pencarian kotak hitam, pengumpulan data pesawat dan awak pesawat, melakukan beberapa wawancara dengan pihak terkait dan kegiatan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement