Selasa 12 Jan 2021 11:23 WIB

Tim GeNose Harap Masuk Ekosistem Pendeteksi Covid-19

GeNose sudah resmi mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Alat deketsi covid-19 bernama GeNose C19 tersimpan di Kantor Kemenko PMK saat penyerahan dari Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, Kamis (7/1). Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit GeNose C19 yang merupakan karya tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada Kemenko PMK untuk disosialisasikan dan dimanfaatkan secara masif oleh seluruh masyarakat Indonesia guna mendeteksi COVID-19. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Alat deketsi covid-19 bernama GeNose C19 tersimpan di Kantor Kemenko PMK saat penyerahan dari Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, Kamis (7/1). Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit GeNose C19 yang merupakan karya tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada Kemenko PMK untuk disosialisasikan dan dimanfaatkan secara masif oleh seluruh masyarakat Indonesia guna mendeteksi COVID-19. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alat pendeteksi cepat Covid-19 inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama GeNose sudah resmi mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akhir tahun lalu dan siap diedarkan tahun ini. Ketua Tim Pengembanga GeNose UGM, Kuwat Triyana berharap alat ini bisa masuk ke dalam ekosistem pendeteksi Covid-19 resmi.

Kuwat menegaskan, pihaknya siap jika pemerintah memutuskan GeNose menjadi salah satu alat pendeteksi cepat Covid-19 resmi. "Siap. Tapi sekarang kita sedang mengharapkan diundang oleh Kemenkes atau lembaga terkait agar kami itu dapat akses termasuk ke dalam ekosistem deteksi Covid-19," kata Kuwat, saat dihubungi Republika, Senin (11/1).

Baca Juga

Kuwat mengatakan, jika GeNose sudah mendapatkan akses untuk masuk ke dalam ekosistem deteksi Covid-19 yang diakui pemerintah, maka akan semakin banyak digunakan di tempat umum. Saat ini, peraturan perjalanan menggunakan kendaraan umum wajib menggunakan tes antigen atau tes swab PCR. Ia berharap, GeNose bisa menjadi salah satu alat yang digunakan untuk pendeteksi Covid-19 juga.

GeNose sekarang memang sudah mulai banyak digunakan untuk tahap screening di rumah sakit. Namun, surat hasil tes dari GeNose masih belum memiliki kekuatan hukum dan tidak bisa digunakan sebagai bukti seseorang negatif Covid-19 jika akan pergi ke tempat-tempat umum.

Ia menjelaskan, saat ini pihaknya masih terus berkomunikasi dengan Kemenkes terkait GeNose ini. Meskipun demikian, ia menjelaskan masih belum ada pembicaraan mengenai apakah alat ini akan masuk ke ekosistem pendeteksi Covid-19 atau tidak.

Kuwat menuturkan, pihaknya akan terus mengupayakan agar pemerintah memasukkan GeNose ke dalam ekosistem tersebut. "Pembahasan mengenai alur masuknya di ekosistem tadi memang belum dilakukan. Ke depan, beberapa hal sudah kita rencanakan agar bisa kita komunikasikan dengan Kemenkes maupun dengan pihak yang punya otoritas," kata dia lagi.

Menurutnya, yang menjadi fokus timnya saat ini adalah memperbanyak unit GeNose. Ia menjelaskan, pihaknya sudah banyak menerima permintaan GeNose dari berbagai pihak. Hingga Senin (11/1) sebanyak 14 ribu lebih pesanan telah terkonfirmasi. Kuwat memperkirakan, pada hari berikutnya sudah ada 15 ribu pesanan.

Pada Januari 2021, Tim Pengembang GeNose akan memproduksi minimal 3.000 unit. Sementara itu, pada Februari diperkirakan tim bisa memproduksi 10.000 unit GeNose. Proses produksi ini sejalan dengan permintaan GeNose yang terus bertambah setiap harinya.

Berdasarkan uji validasi terakhir, GeNose memiliki sensitifitas 85-92 persen dan tingkat spesifitas 96-97 persen. Artinya, alat ini mampu membaca tanda positif Covid-19 dengan peluang 85-92 persen dan mampu membaca tanda negatif Covid-19 dengan peluang di atas 96-97 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement