REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR Muhammad Farhan mengatakan, masuknya sea glider asing ke wilayah Indonesia berpotensi menjadi ancaman. Untuk menghindari hal tersebut, Badan Keamanan Laut (Bakamla) haruslah diperkuat.
"Pentingnya penguatan Badan Keamanan Laut sebagai Indonesian Coast Guard dengan kapasitas yang mumpuni," ujar Farhan lewat keterangan tertulisnya, Senin (4/1).
Menurutnya, untuk menjaga keamanan laut tak bisa hanya mengandalkan kemampuan Bakamla saat ini. Kerja mereka haruslah ditingkatkan dan dibantu agar Bakamla menjadi Indonesian Coast Guard yang mumpuni.
"Harus memperkuat fungsi pengawasan terhadap laut Indonesia. Saya juga mengkhawatirkan peralatan deteksi yang dimiliki oleh aparat keamanan di laut termasuk Bakamla," ujar Farhan.
Bakamla juga diharapkan menjalin kerja sama pertahanan laut dengan negara lain. Mengingat Covid-19 membuat banyak anggaran saat ini dialokasikan untuk penanganan pandemi.
"Maka, pengalaman Bakamla menjalin hubungan dengan Coast Guard negara lain dapat memperoleh manfaat besar pada pembangunan teknologi," ujar politikus Partai Nasdem.
TNI Angkatan Laut (AL) menyatakan, drone yang ditemukan di laut Selayar, Sulawesi Selatan, merupakan seaglider, yakni alat untuk riset bawah laut. Namun, alat tersebut juga dapat digunakan untuk keperluan industri dan pertahanan.
"Alat ini lebih pada untuk riset, riset bawah laut. Karena memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal. Jadi, bukan untuk kegiatan mata-mata dan sebagainya," ujar Kepala Staf TNI AL, Laksamana Yudo Margono, di Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal), Jakarta Utara, Senin (4/1).
Dia mengatakan, sea glider merupakan alat yang diluncurkan dari kapal. Alat tersebut dapat turun ke dasar laut dengan memancarkan sensor untuk mendeteksi kedalaman, oksigen, objek bawah laut, dan data bawah laut lainnya.
Sensor tersebut mengirimkan data dan posisi alat tersebut ke permukaan lewat satelit. "Bisa tenggelam, mengumpulkan data, dara altimetri tentunya, kemudian arah arus, juga kedalaman, data-data tentang altimetri laut. Kemudian dia juga bisa bertahan hingga dua tahun beroperasi di laut, bisa dikendalikan," ujar Yudo.