Gempa Sumba yang terjadi merupakan jenis gempa berkedalaman menengah akibat adanya deformasi batuan pada bagian slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Kepulauan Sunda Kecil (NTB-NTT).
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan kombinasi mendatar dan naik (oblique thrust fault). Hingga pukul 07.00 WIB pagi, kata Daryoni, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan.
Masyarakat diimbau untuk waspada karena akhir-akhir ini aktivitas gempa signifikan dan dirasakan di Sumba sering terjadi.
Catatan BMKG menunjukkan gempa di Sumba Timur pada 1 Oktober 2018 dengan magnitudo 6,0 merusak banyak rumah dan beberapa orang luka. Selanjutnya gempa di Sumba Timur pada 2 Oktober 2018 kembali terjadi dengan magnitudo 6,3 yang juga merusak banyak rumah.