REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan percepatan pemberian Emergency Use Authorization (EUA) atau penggunaan untuk vaksin Sinovac. Kepala BPOM, Penny K. Lukito mengatakan, meskipun dipercepat namun BPOM melakukan proses ini dengan hati-hati.
"Saya kira pemberian EUA ini akan melalui proses percepatan, namun tetap aspek manfaat yang didapatkan lebih tinggi daripada aspek risiko yang sudah ada," kata Penny, dalam telekonferensi, Rabu (30/12).
Ia menjelaskan, hasil uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Bandung terus dikomunikasikan dengan uji serupa yang dilakukan di Turki dan Brazil. Di dalam komunikasi tersebut, hasil uji klinis di tiga negara mendapatkan data yang konsisten.
Penny menjelaskan, penyuntikan kedua sudah selesai dan sudah dilakukan pengamatan. "Sudah menunjukkan data-data yang baik kalau dikaitkan dengan keamanan. Dan dilaporkan tidak ada efek samping yang serius," kata dia lagi.
Saat ini, lanjut dia, tim peneliti sedang menyelesaikan data-data analisa dari aspek efikasi atau efektivitas vaksin. Selain itu juga diteliti bagaimana vaksin ini menetralisasi jika tubuh manusia terpapar virus corona.
Penny menyebut, data-data yang dihasilkan sejauh ini menunjukkan hasil yang baik dan meningkatkan kepercayaan diri BPOM sebagai pihak yang melakukan evaluasi. Namun, pihaknya masih menunggu data hasil tiga bulan yang akan diberikan kepada BPOM pada awal pekan pertama Januari.
Data tersebut, lanjut Penny, akan menunjukkan data efikasi. Di dalam waktu yang sama, pihaknya juga akan membagikan data dari hasil klinis di Turki yang menurutnya menunjukkan hasil yang baik, yakni 91,25 persen.
"Saya kira data-data yang lain juga konsisten dengan data-data yang didapatkan di Indonesia," kata dia.