REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Febryan. A
Blusukan menjadi gaya kerja Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini pada awal masa kepemimpinannya di Kementerian Sosial (Kemensos). Pada Rabu (30/12) pagi, ia kembali blusukan menemui sekelompok warga pemulung yang menjadi penghuni bawah tol Gedong Panjang, Pluit, Jakarta Utara (30/12).
Kepada penghuni gubuk dan bangunan liar bawah tol Risma menyampaikan pesan sama dengan warga di bantaran kali yang sudah ditemuinya, Senin (28/12) lalu. Risma memotivasi mereka agar memiliki semangat memperbaiki taraf hidup, seraya menawarkan program pemberdayaan.
Risma mempersilakan para pria penghuni bawah tol untuk meneruskan profesi sebagai pemulung. Kepada ibu-ibu akan diajari membuka usaha mikro. Risma menawarkan ibu-ibu untuk mengolah warung lele dimana peternakaannya dan bibit lelenya sudah dikelola di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEGP) “Pangudi Luhur” Bekasi.
“Bapak-bapak enggak apa apa cari uang tetap menjadi pemulung. Nanti, ibu-ibu kita ajari cari uang. Di belakang itu ada lele (halaman belakang BRSEGP Pangudi Luhur) nanti kita buat pecel lele. Atau buat yang lain," kata Risma, diselingi logat Bahasa Jawa, di hadapan penghuni bawah tol Gedong Panjang, Pluit.
Mensos pun berjanji menyiapkan tempat sekaligus akan meresmikan pembukaan perdana jualan Pecel Lele dari penulung yang ia temui. "Nanti kita bisa jual, ya. Kemarin itu di Balai “Pangudi Luhur” itu di pinggir jalan gede. Nanti aku yang ngresmikan. Ya. Penjenengan percoyo lek aku sing ngresmikan lak akeh sing tuku (Anda semua percaya saja, kalau saya yang meresmikan akan banyak yang membeli),” ujarnya.
Dalam kunjungan yang didampingi Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat tersebut, Risma juga tak lupa menyapa anak-anak. ”Ayo anak-anak harus jadi anak pinter. Nanti ibu kasih beasiswa ya. Buktikan kalau kalian bisa menjadi sukses meskipun saat ini menjadi penghuni kolong tol,” katanya.
Kepada warga setempat Risma menekankan bila mau mengubah nasib memang harus melalui pendidikan. Risma menyatakan, telah melakukan langkah-langkah serius dan nyata untuk membuka akses pendidikan bagi anak-anak dari kalangan kurang mampu selama menjadi Wali Kota Surabaya.
Seperti anak pemulung tukang batu, tukang tambal, tukang pijat. “Mereka sudah banyak yang menjadi sarjana. Nanti saya berikan beasiswa. Nanti saya beli barang-barang yang dikumpulkan ini. Saya ini ibunya pemulung,” katanya.
Kepada warga ia menyatakan alasannya mengapa perlu datang ke lokasi ini, semata-mata untuk mengajak mereka merubah nasib. “Silakan saja ‘saya ini pemulung bu’. Nanti saya siapkan pulungannya. Aku sing njaluk (saya yang minta). Nanti saya carikan sampah kementerian untuk penjenengan," kata Risma.
Namun Mensos menegaskan tempatnya tidak di bawah kolong tol, karena tidak sehat. Ia akan memberikan tempat.
"Penjenengan lihat dulu. Iku onok omah apik-apik pak (itu ada rumah bagus-bagus pak). Kosong. Aku yo isin (saya ya malu) pak. Iku onok kamare, onok ruang tamune (ada kamarnya, ada ruang tamunya),” katanya.
Pada Senin lalu, Risma juga berdialog dengan seorang pemulung di jembatan, tepatnya di Fly Over Pramuka, Jalan Pramuka Sari II. Risma turun ke bawah jembatan menyusuri bantaran kali.
Risma berdialog menanyakan berbagai hal kepada pasangan suami-istri pemulung yang ia temui di atas jembatan. Diketahui dari hasil memulung mereka mendapatkan hasil Rp800 ribu/bulan.
Sebagian dari penghasilan tersebut dikirimkan untuk anak mereka di kampung. Risma mengajak pasangan ini untuk mau mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
“Bapak-ibu saya carikan ‘rumah’ jadi enggak perlu ada biaya ngontrak. Tetap cari sampah seperti ini. Nanti sampah dari Kementerian Sosial bisa untuk bapak. Sambil saya ajari usaha. Masak mau terus kaya gini, ya. Mau ya,” katanya.
Setelah berdialog sekitar 30 menit, selanjutnya rombongan terus bergerak. Setelah tadi di atas jembatan, kali ini, Risma memilih turun ke bawah jembatan. Untuk keperluan itu, ia harus rela memanjat tangga kayu seadanya yang sengaja dipasang warga setempat.
Persis di kolong jembatan, Risma menyaksikan beberapa keluarga yang sengaja tinggal di bawah kolong jembatan. Di salah satu sudut, tampak salah satu lokasi hunian gelandangan. Di sini terlihat di antaranya kasur gulung lusuh, almari butut, perangkat mandi, dan sandal jepit berserakan di sekitarnya, yang ditinggal penghuninya.
Dari sini dia terus menyusuri bantaran kali sambal menyapa satu-satu penghuni di sepanjang kawasan ini. Kepada warga bantaran yang menyaksikan kedatangan rombongan ini, Risma menyampaikan lagi keinginannya untuk mengubah nasib mereka.
Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana Harian Wali Kota Jakarta Pusat (Jakpus) Irwandi mengaku sudah tahu sejak lama bahwa terdapat sejumlah pemulung yang tinggal di bawah Flyover di Jalan Pramuka, Salemba.
"(Kita tahu) sudah lama. Kita sebenarnya sudah lama (tahunya). Kita sudah tertibkan beberapa kali, tapi balik lagi," kata Irwandi di Jakarta, Selasa (29/12).
Irwandi menjelaskan, jumlah pemulung di sana hanya tujuh orang. Pihaknya pun sudah beberapa kali meminta para pemulung itu untuk pindah ke rumah susun (rusun). Namun, mereka menolak dengan alasan jauh dari tempat mereka biasa bekerja.
"Yang dekat bukan rusun namanya, tapi apartemen. Nanti akan kita paksa mereka buat nerima rusun itu. Kita akan segera kosongkan kolong flyover itu," kata Irwandi.
Oleh karena itu, Irwandi menegaskan bahwa pihaknya sudah berupaya menyelesaikan persoalan pemulung yang tinggal di kolong flyover itu. "Cuma disangka bu Risma belum pernah disentuh," kata dia.
Pada prinsipnya, imbuh Irwandi, pihaknya sudah melakukan upaya untuk memindahkan pemulung itu. Ia pun mengaku tak keberatan jika Risma hendak membantu para pemulung itu.
"Bagus malah ada penguatan," ucap Irwandi.