Senin 28 Dec 2020 13:37 WIB

Wiku: Nakes Kewalahan Jika Angka Kasus Covid-19 Terus Naik

Wiku meminta pemerintah daerah menegakkan disiplin protokol kesehatan masyarakat.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andri Saubani
Sejumlah tenaga medis melakukan tes usap kepada warga di Jakarta, Rabu (16/12). Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan kapasitas tes untuk mendiagnosa Covid-19 di Indonesia terus meningkat, hingga pekan pertama Desember 2020 sudah mencapai 96,35 persen dan semakin mendekati target WHO. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah tenaga medis melakukan tes usap kepada warga di Jakarta, Rabu (16/12). Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan kapasitas tes untuk mendiagnosa Covid-19 di Indonesia terus meningkat, hingga pekan pertama Desember 2020 sudah mencapai 96,35 persen dan semakin mendekati target WHO. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, semakin bertambahnya angka kasus positif akan membuat para tenaga kesehatan (nakes) semakin kewalahan merawat pasien. Selain itu, kapasitas tempat tidur di rumah sakit pun juga akan semakin penuh dan tak akan cukup menampung para pasien.

"Bila kasus terus meningkat karena terjadi penularan yang tinggi dan kasusnya tinggi maka jumlah fasilitas kesehatan dan nakes tidak akan cukup," jelas Wiku saat dihubungi Republika, Senin (28/12).

Baca Juga

Karena itu, Wiku menegaskan, agar pemerintah daerah menegakkan disiplin masyarakat terhadap protokol kesehatan. Kebijakan memperketat aturan perjalanan selama libur Natal dan Tahun Baru 2021 pun juga harus ditegakkan dengan baik sehingga efektif menekan angka penularan.

"Kasus harus ditekan dengan kita semua menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin. Mari kita gotong royong agar disiplin 3M," ucapnya.

Selain itu, kata dia, masyarakat juga harus mau bergotong royong untuk menjaga para tenaga kesehatan yang kini jumlahnya semakin terbatas.

"Kita harus saling melindungi, termasuk melindungi nakes yang jumlahnya terbatas. Merekalah yang akan merawat kita bila sakit," tambahnya.

Sebagai ilustrasi, ketersediaan fasilitas kesehatan dan perawatan di wilayah Ibu Kota semakin minim. Hingga 27 Desember 2020, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatatkan angka keterisian tempat tidur atau okupansi ruang isolasi mencapai 85 persen, sementara okupansi ruang ICU 79 persen.

“(Okupansi) ruang isolasi 85 persen. ICU-nya 79 persen,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia kepada Republika, Ahad (27/12).

Dwi memaparkan, dari 7.147 jumlah tempat tidur di ruang isolasi yang ada di 98 rumah sakit di Jakarta, sebanyak 6.076 diantaranya telah terisi. Sementara itu, sebanyak 745 tempat tidur dari total 938 tempat tidur ICU di Jakarta telah digunakan.  

Dwi mengungkapkan, Pemprov DKI Jakarta terus mendorong rumah sakit untuk menambah ruang isolasi dan ruang ICU. Hingga saat ini, pihaknya sedang mengupayakan penambahan rumah sakit rujukan untuk menangani pasien Covid-19.

“Menambah kapasitas bed, termasuk memaksimalkan yang 98 (RS). Dan ada beberapa yang sedang berproses untuk menambah rumah sakit rujukan baru ya,” terangnya.

Di samping upaya Pemprov DKI Jakarta dalam meningkatkan kapasitas ruang isolasi dan ICU, Dwi meminta masyarakat turut membantu dalam menekan angka kasus Covid-19. Pasalnya, menurutnya, angka peningkatan kasus Covid-19 yang terus mengalami peningkatan tidak mampu tertampung oleh kapasitas fasilitas kesehatan yang ada.

“Karena menambah kapasitas rumah sakit berapapun enggak ngejar, wong pasiennya banyak banget,”ungkapnya. Eva Rianti

photo
Covid-19 mutan ditemukan di Inggris - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement