Rabu 23 Dec 2020 10:06 WIB

Mensos Risma, Tantangan Besar dan Saran Pengamat

Sukses menjadi wali kota, Risma kini menerima tantangan besar menjadi menteri Jokowi.

Tri Rismaharini
Foto: Republika/ Wihdan
Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Dadang Kurnia, Febrianto Adi Saputro

Tri Rismaharini hari ini dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Sosial setelah Juliari Batubara ditangkap oleh KPK. Seusai pengumuman nama menteri baru di Kabinet Indonesia Maju di Istana Merdeka kemarin sore, Risma pun sempat mengaku terkejut dengan penunjukan ini.

Baca Juga

“Terus terang saya cukup kaget meskipun sudah banyak yang membicarakan tapi terus terang saya tidak pernah berpikir atau membayangkan menjadi menteri,” ujar Risma saat konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/12).

Ia pun mengaku akan menjalankan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya. Risma juga menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kepercayaan yang diberikan Presiden Jokowi dan Wapres Maruf Amin untuk tugas ini.

“Ini kepercayaan bapak Presiden dan bapak Wapres dan ini saya mengabdi untuk negara maka saya maturnuwun untuk kepercayaannya bapak Presiden dan Wapres, serta tentunya seluruh bangsa Indonesia,” tambahnya.

Sebagai mensos, Risma menyampaikan dirinya akan menjalankan program pemberdayaan masyarakat dengan memfokuskan perhatiannya pada anak-anak terlantar dan juga fakir miskin.

“Sebagaimana diamanatkan di UU bahwa pertama adalah kemanusiaan, keadilan, dan fakir miskin itu dan anak-anak terlantar itu di bawah tanggungan pemerintah. Karena itu, kami akan perhatian terutama terhadap anak-anak terlantar, fakir miskin, itu yang akan kami prioritaskan untuk program pemberdayaannya,” ujar Risma.

Risma berharap, melalui program pemberdayaan ini, seluruh anak-anak di Indonesia dapat melakukan berbagai hal yang berguna dan bermanfaat, termasuk anak-anak disabilitas dan anak jalanan. Ia menegaskan, pemerintah ingin seluruh anak-anak mendapatkan hak yang sama seperti akses pendidikan dan kesehatan.

Untuk menjalankan program tersebut, nantinya Kemensos akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Lebih lanjut, Risma mengatakan Kementeriannya juga akan menjalankan program pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi angka kemiskinan penduduk melalui kerjasama dengan sejumlah kementerian, seperti Kementerian Koperasi, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dll.

“Karena kami akan memberdayakan kalau suaminya sudah bekerja namun kondisinya dia masih butuh bantuan atau miskin, maka kami akan melibatkan mesin yang kedua yaitu kaum ibu-ibunya,” tambah dia.

Nantinya ia akan membentuk koperasi-koperasi di tingkat kecamatan dan kelurahan untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

Risma kemarin juga berterima kasih kepada warganya di Surabaya. Menurut Risma, tanpa adanya dukungan seluruh masyarakat, pembangunan di Kota Surabaya tak bisa maju pesat seperti sekarang ini, hingga diakui seluruh dunia.

"Pertama saya terima kasih kepada warga Surabaya, selama 10 tahun bersama saya membangun Kota Surabaya. Sehingga Surabaya bukan hanya diakui di Indonesia tapi juga di dunia. Kedua juga data-data membuktikan bahwa warga Surabaya lebih sejahtera," kata Risma saat dihubungi awak media Surabaya melalui video call.

Meski ke depan ia tak lagi menjabat Wali Kota Surabaya dan lebih banyak tinggal di Jakarta, Risma mengaku tak akan pernah bisa melupakan warga Surabaya. "Saya tetap Arek Suroboyo ya. Jadi saya tidak akan melupakan warga Surabaya yang saya benar-benar cintai," kata dia.

Pengamat Politik Surabaya Survei Centre (SSC), Mochtar W Oetomo menilai, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini layak mendapat kepercayaan sebagai menteri Sosial. Apalagi, selama dua periode kepemimpinannya di Surabaya, Risma dinilai mampu melambungkan Kota Pahlawan ke level yang lebih tinggi.

"Dari sisi apapun Bu Risma layak mendapat kepercayaan ini setelah dua periode mampu memimpin dan mengangkat Kota Surabaya ke level yang lebih tinggi dengan segenap kinerja, dedikasi, dan prestasinya," kata Mochtar, Selasa (22/12).

Menurut Mochtar, pencapaian yang diperoleh Risma sehingga mendorongnya menjadi Menteri Sosial, juga menjadi capaian strategis untuk dirinya membangun karir politik berikutnya. Apalagi Risma sering dikait-kaitkan dengan kontestasi Pilkada 2024. Baik untuk maju Pilgub DKI maupun Pilgub Jatim.

"Atau bahkan dikaitkan dengan konstalasi politik 2024. Karena dengan jabatan baru ini, Risma menjadi memiliki panggung politik yang jauh lebih besar dan lebih luas," ujarnya.

Mochtar melanjutkan, jabatan baru yang diemban Risma juga tentunya tidak ringan. Banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang harus dilakukan untuk bisa menjawab ekspektasi publik.

Pertama, kata dia, sabagai Mensos, Risma akan langsung berhadapan dengan situasi sosial yang pelik. Pandemi Covid-19 yang masih jauh dari kata akhir menyisakan banyak problem sosial yang harus mendapat perhatian dan penyeselesaian.

"Ditambah lagi sekarang ini masuk ke bulan-bulan dengan cuaca dan curah hujan yang tidak menentu, yang memungkinkan menculnya banyak bencana dan musibah alam," ujarnya.

Risma juga harus menghadapi berbagai problem di dalam internal kementerian yang ditinggalkan oleh Mensos sebelumnya yang ditangkap KPK. Kooordinasi, konsolidasi, dan berbagai pembenahan internal kementerian menurutnya bukan hal yang gampang dan memerlukan energi tersendiri.

"Ibu Risma mau tidak mau harus berhadapan dengan citra diri lembaga Kemensos yang bisa dibilang ada pada titik nadir dengan berbagai kasus yg menjerat Mensos-Mensos sebelumnya," ujarnya.

Menurut Mochtar, mengembalikan citra Kemensos bukan pekerjaan gampang yang bisa ditempuh dengan cepat. Setidaknya Risma harus membuktikan bahwa Kemensos akan lebih bersih dan berintegrasi di nawah kepemimpinannya.

"Karena selama ini kementerian ini selalu dikaitkan dengan kepentingan politik jejaring partai. Dalam hal ini Risma memiliki tantangan besar untuk bisa menunjukkan kepada publik bahwa kementerian ini bisa independen dari kepentingan politik jejaring partai," kata Mochtar.

Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari menilai, sejumlah alasan mengapa Risma tepat menjabat posisi mensos menggantikan Juliari P Batubara yang tersangkut kasus korupsi bantuan sosial.

"Pertama, beliau adalah kepala daerah yang sangat berhasil ya," kata Qodari dalam diskusi daring, Selasa (22/12).

 

Qodari mengatakan, tingkat kepuasan Risma kerap menyentuh angka di atas 80 persen. Menurutnya, jarang kepala daerah yang meraih tingkat kepuasan sampai di angka 80 persen pada periode keduanya.

"Jadi kita bisa berharap bahwa memang Bu Risma itu orang yang bisa kerja di pemerintahan lah kira-kira begitu," ujarnya.

Kemudian dirinya melihat sosok Risma merupakan sosok pekerja keras. Sementara itu, Kementerian Sosial menjadi kementerian yang paling sibuk mengingat harus mendistribusikan bantuan ke masyarakat.

"Jadi harus pekerja keras, kalau pemalas bantuan sosialnya kapan nyampe. Kasihan rakyat gitu," tuturnya.

Selain itu, Risma juga dikenal dekat dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Ia menilai, Megawati telah percaya sepenuhnya dengan Risma. Bahkan ketika mencari pengganti Risma di Kota Surabaya, Megawati terlihat sangat mempercayakan Risma.

"Jadi Bu Mega ini kalau nunjuk Bu Risma ibaratnya ini badan saya," ungkapnya.

Kendati demikian, dirinya juga menyarankan agar Risma memperbaiki sejumlah kelemahan semisal menjabat menteri di Kabinet Indonesia Maju. Kelemahan Risma menurut Qodari yaitu sikap emosional Risma yang perlu diatur. Selain itu ia juga menyoroti pengalaman Risma yang belum merasakan menjadi pemimpin dengan jangkauan nasional.

"Terus terang ini masih tanda tanya. Mampukah Bu Risma dari skala yang mikro menjadi makro? Dari seorang wali kota menjadi menteri. Wah itu ibaratnya kalau dari lantai 10 langsung ke lantai 100, nah mampu enggak dari lantai 10 ke lantai 100?" ujar Qodari.

 

photo
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement