REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA - Menyusul munculnya penyebaran Covid-19 klaster sekolah, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Salatiga menghentikan sementara kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) yang telah berjalan di sejumlah satuan pendidikan menengah. Kepala Disdik Kota Salatiga, Yuni Ambarwati yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Dinasnya telah menutup SMPN 4 Salatiga, SMPN 9 Salatiga, serta SMAN 2 Salatiga. Langkah tersebut diambil setelah muncul kasus penyebaran Covid-19 di sekolah tersebut.
Disdik Kota Salatiga tidak mengizinkan sekolah untuk menggelar kegiatan PTM setidaknya dalam dua pekan ke depan. "Penutupan selama 14 hari pada sekolah yang terjadi pos penularan corona tersebut," ungkapnya di Kota Salatiga, Jumat (18/12).
Terhitung mulai hari ini hingga 31 Desember 2020 nanti, ketiga satuan penyelenggara pendidikan tersebut tidak lagi menggelar PTM maupun kegiatan pembelajaran daring. Sedangkan di sekolah lain meski tidak ditemukan kasus penularan Covid-19, juga tidak diizinkan menggelar sekolah tatap muka.
“Kegiatan para siswa sementara kembali diarahkan secara daring,” jelasnya.
Yuni juga tidak mengelak ada belasan tenaga pengajar dan tenaga kependidikan di tiga sekolah yang berada di wilayah Kota Salatiga tersebut telah terpapar Covid-19 dan kini harus menjalani isolasi. Berdasarkan data yang dihimpun Disdik dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Salatiga, jumlahnya kini telah mencapai 31 orang.
Terkait dengan munculnya klaster Covid-19 di lingkungan pendidikan tersebut, Disdik Kota Salatiga telah mengambil langkah-langkah untuk ikut mengendalikan penyebaran yang lebih luas. Antara lain adalah penghentian sementara kegiatan PTM di sekolah.
Disdik Kota Salatiga juga telah memberikan beberapa rekomendasi kepada sekolah yang bersangkutan. Rekomendasinya yakni dengan melakukan lockdown dan tidak menutup akses keluar masuk sekolah bagi berbagai aktivitas maupun kegiatan di sekolah.
Disdik juga telah membantu Dinkes Kota Salatiga, dalam hal ini tenaga Puskesmas maupun Satgas wilayah Covid-19, untuk menelusuri siapa saja kontak erat di masing- masing sekolah tersebut.
“Kami juga telah meminta agar sekolah yang bersangkutan untuk terus berkoordinasi dengan Puskesmas dan Satgas wilayah terkait dengan perkembangan penanganan yang sudah dilakukan,” tegasnya.
Jika selama menjalani karantina maupun isolasi mengalami gejala- gejala klinis demam tinggi, sesak napas, lemas, dan gejala berat lainnya, yang bersangkutan agar segera menghubungi petugas Puskesmas terdekat.
Sedangkan terkait dengan penyampaian buku laporan hasil evaluasi belajar peserta didik akan dilakukan tanpa tatap muka (daring) melalui e-Raport. “Kami berharap langkah- langkah tersebut akan membantu mengendalikan penyebaran yang lebih luas,” tandas Yuni.