Jumat 18 Dec 2020 16:17 WIB

Satgas: Vaksin tidak 100 Persen Lindungi Masyarakat

Perilaku 3M, yakni pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan harus tetap dilakukan.

Satgas: Vaksin Tidak 100 Persen Lindungi Masyarakat. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.
Foto: Foto: Lukas - Sekretariat Presiden
Satgas: Vaksin Tidak 100 Persen Lindungi Masyarakat. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Tim Pakar sekaligus Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan vaksin belum tentu 100 persen bisa melindungi atau menjamin seluruh masyarakat.

"Dengan adanya vaksin tidak serta merta perlindungan lainnya kita tinggalkan, karena bisa saja nanti bobol," kata dia pada diskusi virtual dengan tema "Napas panjang penanganan Covid-19" yang dipantau di Jakarta, Jumat (18/12).

Baca Juga

Oleh karena itu, perilaku 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan harus tetap dan wajib dilakukan masyarakat agar tidak tertular Covid-19.

Saat ini, ujar Wiku, perhatian masyarakat sedang tertuju pada vaksin Sinovac asal China yang baru tiba. Sebagian masyarakat beranggapan Covid-19 akan selesai dengan adanya vaksin.

Padahal, pengalaman itu sama sekali belum terjadi sebab masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, masyarakat harus melihat vaksin merupakan salah satu tameng atau perlindungan untuk tubuh. "Jadi kita harus punya perlindungan berlapis dan vaksin merupakan salah satu perlindungan," katanya.

Selain penerapan 3M dan penggunaan vaksin bila telah keluar izin dari BPOM dan MUI, peningkatan imun tubuh dengan olahraga teratur serta istirahat yang cukup juga harus tetap dilakukan. "Olahraga jangan ditinggalkan meskipun sudah ada vaksin," ujar prof Wiku.

Pemerintah saat ini masih mempelajari secara mendalam apakah vaksin yang telah tiba mampu atau efektif memproteksi diri 100 persen dari virus corona atau Covid-19. Terakhir, ia berharap selama 10 bulan masyarakat berjuang melawan pandemi Covid-19 yang disertai penerapan kebiasaan protokol kesehatan terus dilakukan secara kontinu dan kolektif.

"Itu adalah proses belajar yang lama dan harusnya masyarakat sudah pintar dan terbiasa," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement