Rabu 16 Dec 2020 15:07 WIB

Hubungan Cina-Australia Memanas Akibat Tarif Ekspor Jelai

Cina dilaporkan ke WTO soal kenaikan tarif yang diberlakukan pada ekspor jelai.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Colourbox/A. Mijatovic
Colourbox/A. Mijatovic

Australia mendesak WTO atau Organisasi Perdagangan Dunia untuk menyelidiki Cina atas impor barley atau jelai. Jelai adalah sejenis serealia anggota suku padi-padian (poaceae) untuk penghasil malt dan sebagai makanan kesehatan.

Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengumumkan keputusan tersebut dengan mengatakan bahwa biaya tambahan yang Cina kenakan sebesar 80 persen untuk impor jelai dari Australia "kurang mendasar" dan "tidak didukung oleh fakta dan bukti."

"Ini adalah langkah yang logis dan tepat bagi Australia," kata Birmingham kepada wartawan di Canberra.

Hubungan bilateral antara Australia dan Cina berada pada titik terendah sejak peristiwa Pembantaian Lapangan Tiananmen 1989, ditandai dengan Cina yang memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi terhadap produk-produk Australia.

"Kami sangat yakin bahwa berdasarkan bukti, data, dan analisis yang telah kami kumpulkan, Australia memiliki pengajuan kasus yang sangat kuat," kata Birmingham. Selama ini ekspor jelai Australia ke Cina bernilai sekitar US $ 1 miliar atau Rp 14 triliun per tahun.

Birmingham mengatakan pengajuan itu akan dibawa ke WTO pada Rabu (16/12/ malam waktu setempat. "Kami tetap kecewa karena Cina tidak bersama dengan Australia untuk mengatasi masalah ini, dan sekarang memanggil 'wasit independen' adalah tindakan yang paling tepat untuk menyelesaikan perselisihan ini," katanya.

Muatan motif politik

Cina adalah mitra dagang terbesar Australia. Pada 2018-2019, Cina membeli sekitar 26 persen ekspor, senilai AUD 235 miliar (Rp 2,500 triliun). Namun pada Mei lalu, Cina mengumumkan akan memberlakukan bea anti-dumping dan anti-subsidi sebesar 80,5 persen pada impor jelai Australia.

Pihak berwenang Cina mengatakan keputusan itu menyusul penyelidikan terhadap biji-bijian Australia yang diimpor dengan melanggar aturan perdagangan.

Para ahli mengatakan Cina telah mempertimbangkan untuk membatasi impor jelai Australia sejak 2018, di tengah kekhawatiran bahwa Cina - yang hanya memproduksi sekitar 20 persen dari jelai yang dibutuhkan - terlalu bergantung pada impor.

Tetapi penerapan tarif itu terjadi atas dasar latar belakang perselisihan sengit antara Australia dan Cina yang telah memicu kekhawatiran bahwa tindakan tersebut juga bermotif politik.

Hubungan Cina dan Australia juga semakin memanas, ketika pemerintah Australia menuntut penyelidikan independen terhadap asal-usul virus corona yang menyebar ke seluruh dunia dari kota Wuhan.

Setiap perselisihan telah dianggap sebagai masalah teknis, tetapi banyak orang di Australia percaya bahwa sanksi tersebut merupakan pembalasan bagi Australia yang melawan pengaruh Cina di dalam negeri dan di Asia-Pasifik.

ha/pkp (AFP, dpa)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement