REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melepas 20 ton kelapa parut kering (desiccated coconut) untuk diekspor ke Arab Saudi dalam acara pelepasan di halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa petang (8/12).
Kelapa parut kering alias serundeng dengan eksportir CV Una Surya Putra Mandiri ini memiliki nilai total 30 ribu dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 424 juta.
Ridwan Kamil mengaku bangga karena olahan kelapa yang diekspor tersebut berasal dari kebun rakyat pribadi yang dikumpulkan dan dibeli oleh koperasi sehingga ikut mendorong pemerataan kesejahteraan rakyat.
Ekspor pun, kata Emil, memberikan optimisme bahwa salah satu kekuatan Jabar yaitu ekonomi berbasis agraria atau perkebunan. "Semoga Jabar menjadi terdepan dalam industri perkebunan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Emil mengatakan, olahan dari kelapa saat sendiri kini banyak dibutuhkan berbagai negara, khususnya Timur Tengah, untuk dijadikan kue. Ia mendorong berbagai pihak untuk menangkap peluang ekspor tidak hanya olahan kelapa, tetapi juga pohon kelapa. "Saya pernah didatangi perusahaan dari luar negeri, mereka membutuhkan suplai pohon kelapa, (permintaan) ini harus direspons, artinya ada peluang juga (untuk ekspor)," kata Emil.
Pemerintah Provinsi Jabar akan memaksimalkan ekspor dan menjawab permintaan pasar dunia di sektor perkebunan dengan memanfaatkan ribuan hektare tanah menganggur di Jabar untuk dijadikan lahan perkebunan melalui program Petani Milenial.
Lahan perkebunan tersebut, kata dia akan digarap oleh generasi milenial Jabar dengan arahan dari Pemda Provinsi Jabar terkait produk tanaman apa yang ditanam dan dibutuhkan oleh pasar. "Saya minta beritakan kepada milenial, apa yang sedang dibutuhkan oleh pasar, seringkali orang tidak paham apa yang dibutuhkan pasar, tidak tahu sistematika ekonominya akhirnya, tidak tertarik kepada urusan perkebunan," papar Emil.
Dalam acara ini, Kang Emil turut melepas distribusi bantuan benih kopi arabika Java Preanger sebanyak 4.250.000 bibit.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Jawa Barat Hendy Jatnika, tepung kelapa tersebut merupakan produk hasil olahan perkebunan kelapa rakyat yang ada di Jabar. Salah satu petaninya di Kabupaten Bandung Barat bahkan telah mengekspor 150 ton parut kelapa kering ke berbagai negara senilai lebih dari 250.000 dolar Amerika.
"Kelapa di Jabar hampir diusahakan seluruhnya oleh kelapa rakyat walaupun ada beberapa perkebunan swasta. Kelapa rakyat bisa ditanam di batas-batas kebun halaman rumah bahkan pematang sawah. Bila diolah ini bisa jadi nilai ekspor luar biasa," ujar Hendy saat melepas ekspor kelapa parut dan launching distribusi bantuan benih kopi Arabika Java Preanger di Gedung Sate Bandung, Selasa petang (8/12).
Selain kelapa parut kering, kata Hendy, ekspor lainnya yang juga dilakukan dari olahan kelapa adalah briket arang kelapa. Ia menyebut kelapa adalah komoditas yang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk olahan yang menguntungkan."Yang lebih besar adalah briket arang kelapa, pabriknya di Cikopo. Ekspornya nanti akan launching di Hari Perkebunan tingkat nasional di Serpong," katanya.
Menurutnya, kelapa adalah komoditas luar biasa, mulai dari daun sampai airnya bisa dimanfaatkan. "Jadi sapulidi, ketupat, nata de coco dan sebagainya," katanya.
Selain itu, kata dia, dalam acara tersebut juga dilaksanakan launching distribusi bantuan benih kopi Arabika Java Preanger sebanyak 4.250.000 pohon. Sebanyak 3.000.000 di antaranya berasal dari APBD Jawa Barat.
"Ini akan dibagikan kepada kelompok tani di kabupaten dan provinsi untuk area perkebunan kopi. Program ini juga sebagai bagian dari penanaman dan pemeliharaan 50 juta pohon yang digagas Gubernur Jabar," paparnya.
Hendy mengatakan, bantuan benih ditujukan untuk pengembangan kopi Arabika dalam area perluasan ataupun peremajaan. Sehingga, produktivitas dan hasil mutu kopi Jabar tetap dapat dipertahankan."Harganya juga bisa sesuai dengan permintaan pasar," katanya.