REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga mengajak masyarakat untuk tidak membiarkan perempuan terjebak kerangka berpikir bahwa nasibnya ditentukan pada pilihan antara menikah atau meniti karier. Jangan sampai perempuan memilih satu maka hilang kesempatan yang lainnya.
"Seolah bila dia menikah maka hilang ruangnya untuk berkontribusi secara ekonomi, atau bila meniti karier maka dia tidak punya peran mengawal tumbuh kembang anak," kata Bintang dalam seminar daring bertema "Perempuan Berdaya, Keluarga Sejahtera" untuk menyambut Hari Ibu yang diliput dari Jakarta, Rabu (25/11).
Bintang mengatakan sosok perempuan yang mandiri secara ekonomi dapat disebut sebagai pahlawan ekonomi keluarga melalui usaha yang digeluti, apalagi pada masa sulit akibat pandemi Covid-19. Perempuan yang mandiri secara ekonomi berperan melaksanakan fungsi ekonomi keluarga sehingga lebih harmonis, setara, dan sejahtera.
Apalagi, arti penting peranan perempuan dalam pembangunan diakui oleh dunia, bahkan negara, sehingga prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's) dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional memuat strategi pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan. "Komitmen pemerintah juga termuat dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, yang salah satunya adalah peningkatan indeks pembangunan manusia bagi perempuan," tuturnya.
Salah satu cara meningkatkan indeks pembangunan manusia perempuan adalah melalui peningkatan dalam dimensi ekonomi. Karena itu, Presiden Joko Widodo memberikan arahan prioritas kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, salah satunya peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan.
"Presiden juga menyadari peran penting perempuan dalam pembangunan keluarga, sehingga arahan prioritas kedua adalah peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak," ujarnya.
Bintang meminta seluruh masyarakat untuk membuka kesempatan bagi perempuan-perempuan Indonesia untuk berkarya. Karya perempuan tidak hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri, tetapi juga keluarga dan bangsa.
"Banyak perempuan termarjinalkan, dianggap tidak bisa, padahal hanya tidak diberikan akses dan dukungan yang cukup. Dengan kolaborasi dari pemerintah, lembaga masyarakat, dunia usaha, maupun media; saya yakin kita bisa menghadapi tantangan-tantangan yang masih melingkupi perempuan akibat konstruksi sosial yang merugikan," katanya.