REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proklamator RI Bung Karno dinilai sebagai sosok yang haus dengan pengetahuan dan buku. Kegemaran itu pula yang membuat Bung Karno sebagai orang yang cerdas dan revolusioner. Bahkan, Bung Karno berhasil menyumbang kekuatan bagi negara-negara terjajah untuk merdeka melalui Konferensi Asia-Afrika.
Presiden RI Kelima yang juga putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri mengatakan, ayahnya itu sering kali dilihatnya membaca dari berbagai kesempatan. Megawati menyatakan, bahkan buku koleksi Bung Karno mencapai puluhan ribu, dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Bapak saya humoris. Tak bisa melihat dia sekedar politisi, seorang pejuang, dia adalah manusia yang sangat humanis. Kita dapat merasakan. Akibat pendidikan itu, Bung Karno sangat haus dengan buku. Bukan hanya menurut dia buku jendela dunia, tetapi juga masuk ke dalamnya," kata Megawati dalam webinar pembukaan pameran daring Buku Bung Karno, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/11).
Saat menjadi mahasiswa, Megawati beberapa kali meminta rekomendasi buku kepada Bung Karno. Saat itu, Bung Karno sangat menghafal judul buku sesuai konteks permintaan Megawati sekaligus menunjukkan letak bukunya. Detail dengan posisi rak dan baris ke berapa buku itu berada. Megawati yang mendalami ilmu psikologi menilai Bung Karno memiliki fotografis memori yang kuat.
"Beliau menata sendiri buku-bukunya. Sampai hari ini ketika kami keluar dari Istana, Bung Karno membiarkan saja di situ buku-bukunya. Mungkin jumlahnya 20 ribu sampai 30 ribu, yang bertebaran di Istana Merdeka, Istana Negara, dan Istana Bogor. Yang saya dengar itu mulai diarsipkan," jelas Megawati.
Oleh karena itu, Presiden Kelima RI itu tak heran sang ayah pintar berbahasa sejumlah negara, di antaranya Jerman, Inggris, dan Belanda. Tak heran juga, Bung Karno bisa menggagas Konferensi Asia-Afrika. Seharusnya, pemuda bangsa harus belajar dari pikiran dan tindakan Bung Karno itu.
Bung Karno sebagai pengoleksi sekaligus kutu buku juga pernah disaksikan oleh KH Saifuddin Zuhri. Saifuddin yang merupakan menteri agama era Bung Karno melihat kamar sang proklamator RI itu sangat berantakan dengan buku.
"Kamarnya besar sekali peninggalan Belanda. Ada tempat tidur dan sebelahnya adalah buku. Beliau akan tahu kalau ada yang ambil bukunya. Bahkan pindah sedikit akan ditanyakan. Karena ada tatanya, dinomori sesuai ingatan dia. Di toilet, ada rak kecil dua tingkat yang kami tahu sebagai tempat bacaannya. Yang di atas jangan sedikit pun bergeser. Yang di bawah adalah yang akan dibaca," jelas dia.
Menurut Megawati, pemuda Indonesia wajib membaca buku-buku yang ditulis oleh Bung Karno. Seperti buku Indonesia Menggugat, yang di dalamnya hasil pemikiran Bung Karno dengan kondisi bangsa saat itu terhadap kolonialisme.
"Bagi saya, membaca buku Bung Karno, selain membuka jendela dunia, juga mengekstraksi pikiran-pikiran dari banyak tokoh-tokoh dunia yang dikenal beliau dari buku-bukunya," jelas Megawati.