Sabtu 21 Nov 2020 03:07 WIB

Pemkot Bogor Masih Gunakan TPA Galuga Empat Tahun ke Depan

DPRD Kota Bogor siap membantu dalam mengembangkan kawasan TPA Galuga.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Pemulung beraktivitas di tumpukan sampah dengan saluran pipa di TPA Galuga, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/4).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Pemulung beraktivitas di tumpukan sampah dengan saluran pipa di TPA Galuga, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memperpanjang kontrak penggunaan tempat pembuangan akhir (TPA) Galuga. Sebab, hingga saat ini masih belum jelas kapan tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Nambo akan mulai digunakan.

“Kabupaten Bogor telah memberikan izin untuk melakukan perpanjangan dan pemanfaatan Galuga. Kita akan perpanjang untuk empat tahun ke depan," kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, Kamis (19/11).

Dedie menjelaskan, dalam perpanjangan kontrak ini terdapat beberapa rencana pengelolaan sampah terpadu. Di antaranya berupa pembuatan buffer zone yang akan dikerjakan bersama dengan pihak ketiga.

Namun, Dedie belum bisa menyebutkan dengan siapa Pemkot Bogor akan bekerjasama. Menurutnya, hal yang paling penting saat ini adalah melakukan penyamaan visi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor terlebih dahulu, mengenai penanganan sampah ini.

 

"Kita juga ingin mengajak Pemkab Bogor untuk mengubah sistem pengelolaan sampah yang selama ini diterapkan di sana menjadi sistem terpadu. Jadi kita akan mulai membangun buffer zone dan bagaimana mengelola secara komprehensif,” jelasnya.

Misalnya, Dedie melanjutkan, jika ada pihak ketiga yang ingin mengelola sampah untuk keperluan usaha, maka Pemkot Bogor bisa memberikan tempat. Sehingga, baik Pemkot Bogor maupun pihak swasta tersebut bisa mendapat keuntungan.

Diketahui, saat ini Pemkot Bogor memiliki jatah lahan seluas 37,8 hektare di TPA Galuga, yang bisa dikembangkan dengan berbagai jenis pengolahan sampah.

Kabid Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Dimas Tiko menerangkan, saat ini jumlah sampah yang dibawa ke TPA Galuga menurun hingga sebesar 100 ton. Jumlah tersebut berkurang dibandingkan dengan jumlah pada awal Maret hingga saat ini.

"Memang mengalami penurunan. Pada awal Maret jumlah sampah sekitar 500 ton, sekarang hanya 400 ton," kata Dimas.

Berdasarkan analisa awal DLH, pengurangan sampah ini terjadi karena aktivitas masyarakat berkurang. Sebab, masyarakat hanya berfokus pada kegiatan di rumah tangga saja.

Apalagi, jumlah timbulan sampah dari sektor pariwisata seperti hotel dan restoran saat ini sudah jauh berkurang. Padahal, sebelumnya hotel dan restoran biasanya menyumbang sampah dalam jumlah yang cukup banyak.

"Tapi kami terus memberikan pelayanan semaksimal mungkin untuk urusan persampahan. Tim-tim yang ada juga kami siagakan di lapangan," tutupnya.

Sementara itu, anggota Fraksi PKS, Endah Purwanti menanggapi wacana Pemkot Bogor  membuat TPST. Menurut Endah, sampah memang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sehingga harus ada langkah kongkret untuk mengatasi masalah ini.

Dia mengaku DPRD siap membantu dari sisi anggaran, jika Pemkot Bogor membutuhkan bantuan untuk membangun komunikasi dengan Pemkab Bogor. Juga untuk mengembangkan kawasan TPA Galuga.

"Tentu kita sambut baik ini. Kita harus menyelesaikan masalah sampah ini secara seksama. Kan enggak mungkin kita nyumbang sampah terus tanpa bisa dikelola lagi. Padahal alat-alat untuk mengurai sampah sudah banyak. Kalau Pemkot butuh bantuan kita siap dorong," tukasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement