Rabu 11 Nov 2020 10:36 WIB

BPIP Gencarkan Pembudayaan Nilai dan Ideologi Pancasila

Pancasila sebenarnya adalah sebuah multiversitas dengan lima prinsip dasar yang ada

Hari Pahlawan nampaknya selalu memberikan makna yang berarti bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Momen peringatan ini sekaligus menjadi ajang untuk memaknai jasa para pahlawan serta nilai-nilai ideologi bangsa.
Foto: istimewa
Hari Pahlawan nampaknya selalu memberikan makna yang berarti bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Momen peringatan ini sekaligus menjadi ajang untuk memaknai jasa para pahlawan serta nilai-nilai ideologi bangsa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hari Pahlawan nampaknya selalu memberikan makna yang berarti bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Momen peringatan ini sekaligus menjadi ajang untuk memaknai jasa para pahlawan serta nilai-nilai ideologi bangsa.

Direktorat Pembudayaan Kedeputian Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP melaksanakan kegiatan pembudayaan dan dialog budaya. Hal ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November.

Direktur Pembudayaan Irene Camelyn Sinaga menuturkan, pihaknya kini tengah menggencarkan bentuk pembudayaan bagi ideologi Pancasila. Strategi ini dinilai sebagai salah satu cara yang cukup efektif dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila pada berbagai kalangan masyarakat.

"Kegiatan hari ini sebenarnya adalah kegiatan gotong royong antara BPIP dengan teman-teman seniman, pelukis dan budayawan yang bertepatan momentumnya dengan 10 November," ujar Irene kepada wartawan pada Selasa (10/11).

Pembudayaan nilai-nilai ideologi Pancasila tersebut dinilai sangat penting selama negara ini masih berdiri. Dalam penerapannya, Kepala BPIP Yudian Wahyudi berharap agar Pancasila dapat semakin merasuki relung hati masyarakat.

"Pancasila itu dalam perwujudannya kan membutuhkan ruang dan waktu. Melalui pembudayaan ini, kita harap Pancasila itu bisa menyentuh relung hati setiap orang," kata Yudian.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama budayawan Ngatawi Al Zastrouw pun menyampaikan ucapan terima kasihnya. Sebab pihaknya bersama Makara Art Center Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dalam menanamkan nilai Pancasila dalam lingkup akademik maupun kehidupan nyata, salah satunya melalui seni budaya."BPIP sebagai lembaga negara yang memiliki peran untuk menanamkan, menyebarkan, membudayakan Pancasila itu, sedangkan UI sebagai suatu lembaga akademik yang jadi sarana strategis untuk penanaman, sosialisasi dan pembudayaan Pancasila," ujar Ngatawi.

"Terima kasih kami dilibatkan dalam proses pembudayaan Pancasila. Mudah-mudahanan dengan keterlibatan ini semangat kita dapat semakin tumbuh," katanya menambahkan. 

Tak hanya itu, budayawan Taufik Rahzen juga memaparkan soal pentingnya keberadaan multiversitas di tengah-tengah bangsa Indonesia. Sebab multiversitas merupakan sebuah sekolah kehidupan, yang menunjukkan bagaimana bangsa ini belajar dari berbagai keragaman yang ada di seluruh Indonesia.

"Multiversitas itu ada, berinteraksi dengan kehidupan, bukan saja dengan buku-buku ajaran, tapi pada tindakan dan aktualisasi. Karena itu Pancasila sebenarnya adalah sebuah multiversitas dengan lima prinsip dasar yang ada," kata Taufik.

Rencana tersebut, lanjut Taufik, akan segera dikembangkan di Bali. Di dalamnya terdapat sebuah komplek berisi miniatur monumen-monumen yang ada di Tanah Air sebagai bentuk pembelajara bagi masyarakat.

"Keberagaman budaya, suku, dan sejarah, di situlah masyarakat indonesia bisa belajar secara serentak. dengan ditambahkan tafsiran Pancasila dalam aktualitas, itu lah yang akan kita jadikan sebagai proses pembelajaran," ujarnya.

"Jadi, Pancasila itu bukan saja sebagai sebuah pandangan dunia, filosofi negara, tapi juga kehidupan sehari-hari," katanya menambahkan.

Acara pertemuan BPIP dengan para seniman, pelukis dan budayawan ini diwarnai dengan pembukaan nada nada kecapi dan seruling Sunda, Imam Jimbot dan duet saxophonist muda Abel dan Fael.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement