Sabtu 07 Nov 2020 04:04 WIB

Pembelajaran Online dan Offline, Mana yang  Lebih Efektif ?

Berdasarkan survei, 90 persen mahasiswa lebih memilih pembelajaran luring.

Adi Supriyatna, Kaprodi Sistem Informasi Akuntansi UBSI.
Foto: Dok UBSI
Adi Supriyatna, Kaprodi Sistem Informasi Akuntansi UBSI.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Adi Supriyatna

Munculnya Pandemi Corona Virus Disease (Covid)-19 bermula dari kota Wuhan Negara Tiongkok pada akhir tahun 2019 dan kemudian menjalar ke beberapa negara di dunia salah satunya adalah Indonesia. Sampai saat ini virus tersebut masih belum hilang.

Salah satu dampak pandemi Covid-19 bagi dunia pendidikan adalah terhambatnya proses kegiatan belajar-mengajar Semua institusi pendidikan khususnya pendidikan tinggi harus melaksanakan pembelajaran secara dalam jaringan (daring/online). Namun infrastuktur untuk mendukung pembelajaran secara daring, belum tersedia secara memadai dan merata.

Berdasarkan hasil survei tentang evaluasi pembelajaran jarak jauh yang dilakukan oleh Ditjen Dikti Kemendikbud, 90 persen mahasiswa lebih memilih kuliah luring (luar jaringan) atau tatap muka di kelas dibandingkan dengan kuliah dalam jaringan (daring) atau kuliah online. Hal tersebut disebabkan karena mahasiswa tidak siap dalam melaksanakan kuliah daring, salah satunya yang paling umum adalah kendala jaringan.

Pembelajaran daring memang kurang efektif dilakukan karena sebagian besar menimbulkan masalah baik dari sisi peserta didik, pendidik maupun institusi pendidikan. Banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran daring kurang efektif. Yang pertama adalah infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang belum siap mendukung pembelajaran jarak jauh.  Contoh kecilnya hal ini disebabkan  di Indonesia fasilitas internet belum mencakup semua wilayah di Indonesia khususnya wilayah terpencil.

Yang kedua,  transfer pengetahuan yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar oleh pendidik (dosen/guru) kepada peserta didik (mahasiswa/siswa) yang dilakukan secara daring tidak berjalan sebagaimana mestinya.  Misalnya peserta didik hanya melakukan presensi kehadiran saja tanpa melakukan interaksi kepada pendidik. Ada juga pendidik yang hanya menyampaikan materi pembelajaran hanya berupa bahan ajar dalam bentuk dokumen tanpa adanya penjelasan secara mendalam.

Faktor yang ketiga adalah dengan pembelajaran daring berdampak kurangnya pengawasan terhadap peserta didik dikarenakan tidak ada interaksi secara langsung.

Faktor yang keempat adalah pembiayaan pembelajaran yang membutuhkan biaya yang cukup banyak untuk melaksanakan proses belajar-mengajar seperti biaya pembelian kuota internet dan pembelian perangkat komputer/laptop. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait pembelajaran daring selain ke empat faktor tersebut, masih ada beberapa faktor lainnya yang mengakibatkan pembelajaran daring dianggap kurang efektif.

Meskipun demikian, pembelajaran secara daring tidak semua menimbulkan efek negatif dalam proses belajar-mengajar, namun salah satu tujuan utama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh saat ini adalah untuk menekan bahkan memutus rantai penularan Covid-19. Pembelajaran daring dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien tentu saja dibutuhkan dukungan penuh dari pemerintah dan institusi pendidikan.

*) Penulis adalah Kaprodi Sistem Informasi Akuntansi UBSI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement