REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Hariyono mengatakan, saat ini ada kegalauan tentang kesulitan mengaktualisasikan Pancasila dengan baik. Menurutnya, hal ini karena kurangnya keteladanan dalam masyarakat.
"Sementara masyarakat ini selalu mencari keteladanan," kata Hariyono saat membuka seminar nasional bertajuk Advokasi Positif: Menggali Nilai-Nilai Pancasila dari Bumi Bung Karno" di kantor Wali Kota Blitar, Jumat (6/11).
Hariyono mengatakan, sebenarnya di Indonesia ini banyak yang bisa dijadikan teladan. Namun, menjadi persoalan karena sekarang ini jika ada sesuatu yang baik di masyarakat, terkadang diabaikan begitu saja.
Sementara jika ada sesuatu yang buruk, maka akan menjadi fokus perhatian masyarakat. Karena itulah, BPIP memiliki program elevasi yang mengangkat nilai-nilai positif di masyarakat. Tujuannya adalah supaya energi positif masyarakat bisa diangkat.
"Dalam psikologi, mengangkat sesuatu yang positif bisa memberikan energi positif. Karena dalam kehidupan sehari-hari, jika kita memancarkan energi positf maka hukum timbal baliknya positif juga," kata Hariyono.
Sebagai contoh, di Blitar, ada seorang bernama Iwan Galau atau yang dikenal dengan nama Mujair yang pada 1937, karena kesulitan hidup, melakukan tirakat di tepi Samudera Hindia. Kemudian, dia melihat ikan di laut yang sepertinya bisa dibudidayakan di air tawar.
Maka, ikan itu dia bawa ke kampungnya dan dilakukan percobaan hidup di air tawar dan ternyata kemudian mati. Lalu, kemudian dia melakukan 11 kali percobaan memformulasikan air tawar dan laut hingga akhirnya ikan itu bisa hidup di air tawar. Dan kemudian, ikan itu berkembang hingga sekarang dikenal dengan nama ikan mujair.
"Hal-hal seperti ini yang harus diangkat," kata Hariyono.