REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kota Bekasi ditetapkan sebagai wilayah zona merah sesuai pengumuman Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Senin (2/11) kemarin. Di sisi lain, Kota Bekasi juga ditetapkan sebagai peringkat pertama dalam penanganan Covid-19.
Kendati begitu, Pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi baru saja mengakhiri kontrak dengan pihak hotel yang dijadikan tempat isolasi pasien tanpa gejala (OTG) di wilayah tersebut.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, menilai, selama satu bulan beroperasi fasilitas hotel untuk isolasi hanya terpakai paling tinggi 60 persen. Bahkan, saat masuk bulan kedua, pasien yang tersisa hanya 11 orang.
"Fasilitas di Green Hotel pun paling tinggi cuma 60 persen. Kemarin begitu masuk bulan ke dua tinggal 11 pasien makanya kita masukkan saja ke GOR, kan masih tertampung yang menjadi rujukan kita," ujar Pepen, sapaan akrabnya, Selasa (3/11).
Di samping itu, kata Pepen, jumlah pasien yang masuk dan keluar sangat fluktuatif. Sehingga sirkulasi waktunya pendek.
"Karena sirkulasi kita kan pendek. Ada yang dua minggu, tiga minggu. Empat hari, lima hari selesai, lalu pulang," kata dia.
Untuk saat ini, fasilitas isolasi mandiri yang disediakan pemkot ada di Stadion Patriot Candrabhaga, RSUD Chasbullah Abdulmadjid, tiga RSUD tipe D dan 42 rumah sakit swasta tersebar.
Data Dinas Kesehatan Kota Bekasi, menunjukkan, saat ini jumlah pasien yang kini dirawat di RSUD Chasbullah Abdulmadjid berjumlah 97 pasien, RSUD Kelas D ada 28 pasien, Stadion Patriot ada 32 pasien, dan RS swasta tersebar ada 455 pasien.
Meski Kota Bekasi diumumkan sebagai wilayah zona merah. Namun, Kota Bekasi menduduki peringkat pertama dalam rapor penilaian penanganan Covid 19 di wilayah Jawa Barat. Hal ini diakui oleh Gubernur Ridwan Kamil.
"Hasilnya tim bekerja baik ranking nomor satu Kota Bekasi, kedua Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota Bandung dan kelima Kota Cirebon," kata Ridwan Kamil saat konferensi pers di Bandung, dikutip melalui keterangan tertulis Pemkot Bekasi, Selasa (3/11).
Emil juga mengharapkan tujuh kota/kabupaten di Jabar yang memiliki nilai rendah terhadap penanganan Covid-19 segera diperbaiki. Namun Gubernur Jawa Barat tidak menyebut nama-nama kota/kabupaten yang bekerja dibawah rata-rata.
"Saya berharap masih ada tujuh kota kabupaten kinerja penanganan Covid-19 di bawah rata-rata ditingkatkan," kata dia.