Selasa 27 Oct 2020 17:19 WIB

Pengembangan Vaksin Covid-19 yang di Luar Kebiasaan

Vaksin Covid-19 Merah Putih sudah masuki tahap percobaan ke hewan.

Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. Indonesia memiliki setidaknya enam bibit vaksin Merah Putih untuk Covid-19.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. Indonesia memiliki setidaknya enam bibit vaksin Merah Putih untuk Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Adinda Pryanka, Antara

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengakui pengembangan vaksin Covid-19 memang di luar kebiasaan. Karena biasanya riset terkait vaksin memakan waktu yang sangat lama.

Baca Juga

Sedangkan vaksin Covid-19 dibutuhkan tersedia dalam waktu lebih cepat karena pandemi. Ketersediaan dalam waktu cepat itu menjadi salah satu tantangan dalam pengembangan vaksin Covid-19. Bahkan ada beberapa penyakit seperti HIV, Ebola dan Zika yang sampai hari ini belum ada vaksinnya.

Dalam konteks Covid-19, upaya mencari vaksin dihadapkan pada kecepatan penemuan vaksin untuk mengatasi pandemi yang menjadi masalah global. "Memang riset atau upaya untuk menemukan vaksin Covid-19 ini agak di luar kebiasaan karena waktunya sampai pendek dan satu lagi memang dibandingkan dengan beberapa penyakit menular lainnya Covid-19 ini sifatnya global, dan otomatis karena pandemi global maka ada kebutuhan yang lebih urgen," ujar Menristek, Selasa (27/10).

Meskipun vaksin dibutuhkan dalam waktu cepat, namun harus tetap dipastikan keamanan dan kemanfaatannya. Tantangan lain dalam pengembangan vaksin dalam negeri adalah ada bahan-bahan yang harus diimpor seperti sel mamalia dan hewan untuk uji coba kandidat bibit vaksin.

Kabar baiknya, dari dalam negeri Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sedang melakukan persiapan untuk menguji kandidat bibit vaksin Covid-19 pada hewan coba. "Bisa diidentifikasi bahwa kemungkinan yang akan paling cepat adalah yang dilakukan oleh Lembaga Eijkman di mana pengembangan vaksin Covid-19 yang menggunakan platform sub unit protein rekombinan saat ini prosesnya di bulan Oktober ini mereka sedang mempersiapkan untuk uji coba pada hewan," kata Menristek Bambang.

Menristek menuturkan uji kandidat bibit vaksin Covid-19 pada hewan tersebut diharapkan bisa selesai dengan hasil yang memuaskan pada akhir 2020. Setelah akhir tahun 2020, rencananya bibit vaksin yang sudah teruji pada hewan tersebut atau sel mamalia, akan diserahkan pada Januari 2021 kepada PT Bio Farma sebagai pihak yang nantinya akan melakukan produksi skala kecil terutama untuk keperluan uji klinis mulai dari tahap 1, tahap 2 hingga tahap 3.

"Kita akan mengikuti semua prosedurnya uji klinis tahap 1, 2 dan 3," ujar Bambang.

Dari hasil uji klinis tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memutuskan apakah vaksin tersebut sudah bisa dipergunakan secara massal atau belum. Menristek Bambang mengatakan kemungkinan vaksin Merah Putih paling cepat akan tersedia sebagai produksi massal pada triwulan III 2021.

Menristek menuturkan dari pengembangan bibit vaksin Merah Putih yang sedang dilakukan enam institusi dalam negeri, pengembangan yang dilakukan Eijkman diperkirakan akan paling cepat untuk menghasilkan bibit vaksin Covid-19.

Setidaknya akan ada enam versi vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19. "Karena menggunakan platform yang berbeda-beda otomatis nanti akan muncul enam versi vaksin," kata Menristek Bambang.

Enam versi vaksin tersebut didapatkan dari enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platofrm yang berbeda-beda, yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Airlanggadan Institut Teknologi Bandung.

Vaksin yang dibuat Eijkman dengan platform subunit protein rekombinan sudah mencapai kemajuan lebih dari 50 persen dari skala laboratorium dan direncanakan untuk uji praklinik pada hewan di November 2020. LIPI mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan fusi.

Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan. Lalu Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan platform DNA, mRNA, dan virus-like-particles.

Institut Teknologi Bandung mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus dan Universitas Airlangga mengembangkan vaksin dengan dua platform yakni adenovirus dan adeno-associated virus (AAV).

Menristek Bambang menuturkan pengembangan vaksin dengan berbagai platrom tersebut sebenarnya mirip dengan yang dilakukan oleh banyak pihak luar negeri seperti AstraZeneca yang menggunakan platform non-replicating viral vector, Moderna yang menggunakan platform RNA. Sinovac dari China yang menggunakan platform inactivated virus, dan CanSino Biological Inc/Beijing Institute of Biotechnology yang menggunakan platform non-replicating viral vector.

"Tetapi yang paling penting produksi sama yaitu vaksin Covid-19," tutur Menristek Bambang.

Dia mengatakan perbedaan platform yang digunakan dalam pengembangan vaksin Merah Putih untuk Covid-19 tergantung kepada teknologi yang dikuasai oleh masing-masing institusi atau peneliti. "Saat ini enam institusi bekerja masing-masing tetapi pada intinya akhirnya mereka akan keluar dengan vaksin Covid-19 dan kita akan fasilitasi untuk produksinya," tuturnya.

Menristek Bambang mengatakan tugas para institusi penelitian atau Kementerian Riset dan Teknologi adalah sampai kepada menghasilkan prototipe atau bibit vaksin Covid-19, kemudian pengembangan lanjutan akan menjadi tanggung jawab PT Bio Farma untuk bisa melakukan uji klinis dan produksi pada vaksin tersebut. Bio Farma juga berencana akan membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta dalam negeri untuk bisa memproduksi vaksin Merah Putih dengan kapasitas yang lebih besar.

Indonesia juga memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 dari luar negeri. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, pemerintah masih menunggu penyelesaian tahapan uji klinis calon vaksin yang akan didatangkan ke Indonesia.

Sembari menunggu, pemerintah kini sedang menyusun rencana detail proses vaksinasi, melakukan simulasi di beberapa daerah hingga mempersiapkan fasilitas kesehatan.

Sri menjelaskan, Presiden Joko Widodo meminta agar pelaksanaan vaksin dilakukan dengan aman dan efektif. Artinya, vaksin harus mengikuti tahapan uji klinis secara benar dan memenuhi aspek kajian ilmiah maupun standar kesehatan yang diadopsi dari internasional.

"Jadi, Indonesia tidak akan gunakan standar berbeda, kita gunakan standar yang sama dengan internasional," ujarnya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual, Selasa (27/10).

Sri menjelaskan, kehati-hatian dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa kita tidak mempercepat atau melakukan mekanisme dan standar sendiri. Sebab, langkah ini akan menimbulkan persepsi keraguan dari keamanan vaksin tersebut.

Sambil menunggu, Sri menambahkan, pemerintah menyusun rencana detail pengadaan vaksin dan proses vaksinasinya. Pasalnya, jumlah dosis yang dibutuhkan Indonesia terbilang banyak, yaitu harus memenuhi setidaknya 267 juta penduduk.

Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga sudah melakukan simulasi uji coba vaksinasi di Bogor, Bali dan Ambon. Sri menjelaskan, langkah ini untuk melihat kemungkinan implementasi vaksinasi dengan jumlah penduduk yang banyak dan lokasi beragam.

Pemerintah juga akan memaksimalkan fasilitas kesehatan terkait vaksinasi. Salah satunya, cold storage atau tempat pendingin untuk menyimpan vaksin.

Sri menjelaskan, menurut data dari Kemenkes, 90 persen dari cold storage yang dimiliki Indonesia sudah memenuhi standar WHO untuk menyimpan vaksin kelak. Meski sudah banyak, pengadaan cold storage yang memenuhi kriteria WHO harus ditambah. "Agar kita bisa cakup seluruh perangkat vaksinasi yang aman dan bisa sesuai dengan standar internasional," kata Sri.

Pemantauan juga terus dilakukan terhadap vaksin Merah Putih yang dikembangkan di dalam negeri. Sri berharap, langkah-langkah ini dapat membuat Indonesia menjadi negara yang terus mengikuti perkembangan vaksin.

Berbagai persiapan juga diharapkan Sri dapat membantu Indonesia menjadi negara pertama atau urutan paling awal yang melakukan vaksinasi. "Sehingga bisa memberikan dampak confidence dan pemulihan ekonomi," tuturnya.

photo
Vaksin Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement