REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mencatat produksi garam rakyat pada musim kemarau tahun 2020 ini turun apabila dibandingkan dengan sebelumnya, hal ini diakibatkan adanya kemarau basah.
"Produksi garam rakyat tahun ini memang turun jauh, apabila dibandingkan tahun sebelumnya," kata Kepala Bidang Pemberdayaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon Yanto di Cirebon, Rabu (14/10).
Dia mengatakan di tahun 2020 ini produksi garam rakyat sampai awal bulan Oktober hanya berkisar 2.186 ton, padahal pada periode sama di tahun 2019 bisa mencapai puluhan ribu ton.
Yanto menuturkan penurunan produksi garam rakyat di Cirebon, dikarenakan beberapa faktor, di antaranya yaitu saat ini musim kemarau basah, selain itu juga harga yang terus merosot juga menjadi pertimbangan para petani.
"Kalau biasanya di bulan sekarang ini sudah sekitar puluhan ribu ton," tuturnya. Sementara petani garam Ismail Marzuki mengatakan produksi garam memang sedang susah, karena saat ini masuk kemarau basah.
Menurutnya ketika kemarau basah, maka produksi garam petani tidak akan banyak, sebab ketika masuk masa pengkristalan dan diguyur hujan, otomatis menjadi hancur dan tidak bisa dipanen."Kemarau sekarang masuknya kemarau basah, jadi produksi garamnya susah," katanya.
Meskipun produksi susah, namun harga garam ditingkat petani masih jauh dikatakan layak, karena per kilogram hanya dihargai Rp 350."Meski produksi susah tapi harga garam semakin murah," ujarnya.