Rabu 14 Oct 2020 12:51 WIB

Generasi Muda Didorong Manfaatkan Teknologi

Anak muda kini banyak yang terdampak pandemi covid-19.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Freelancer (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Freelancer (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mendorong angkatan kerja muda di wilayah setempat mampu bertahan di tengah berbagai dampak pandemi Covid-19. Menurutnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan miningkatkan skil. Pemprov Jatim diakuinya telah memberikan fasilitas melalui program Millenial Job Center (MJC).

Emil memaparkan data Kementerian Ketenagakerjaan, ada sekitar tiga juta tenaga kerja yang terdampak pandemi. Banyak tenaga kerja di Indonesia yang dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Mayoritas pekerja yang terkena PHK adalah mereka yang berusia 15-29 tahun atau masuk pada Angkatan Kerja Muda.

Baca Juga

“Mereka sebagian besar terdampak karena kurangnya pengalaman dan keterampilan serta sedikitnya jaringan sosial. Mayoritas bekerja di sektor informal dengan upah rendah, dan sebagainya. Melalui MJC kami terus mendorong angkatan kerja muda agar muncul talenta-talenta baru terutama di era normal baru,” kata Emil melalui siaran persnya, Rabu (14/10).

Emil menjelaskan, permasalahan yang banyak dialami angkatan kerja usia muda di antaranya spesifikasi pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Kemudian, keahlian yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, serta kurangnya pengetahuan terhadap lowongan pekerjaan.

Adanya pandemi Covid-19, sebut Emil, telah mempercepat penetrasi teknologi digital di Indonesia. Penggunaan teknologi (otomatisasi) menjadi pilihan praktis korporasi untuk mencegah kebangkrutan. Risiko otomatisasi bukan tidak mungkin menggerus angkatan kerja muda karena pekerjaan mereka lebih mudah untuk diotomatisasikan.

Agar mampu bertahan terutama di era pandemi, lanjutnya, angkatan kerja muda dapat mencoba peluang bisnis baru atau pekerjaan sampingan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Misalnya bisnis online, baik melalui marketplace ataupun media sosial lainnya.

“Apalagi selama pandemi ini aktivitas belanja online masyarakat meningkat sebesar 35,3 persen dan 46,9 persen generasi muda belanja online. Angkatan kerja muda juga bisa mencoba peluang di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai alternatif pekerjaan yang menjanjikan terutama di era pandemi ini,” kata Emil.

Tidak hanya itu, angkatan kerja muda juga bisa melakukan survival mood dengan menjadi pekerja lepas atau freelancer. Menurutnya saat ini realitanya mencari pekerjaan tidaklah mudah. Namun, freelancer ini mampu bekerja secara independen mencari klien dan tidak terkekang oleh perusahaan.

“Kata kuncinya, seorang freelancer harus mampu bekerja mandiri, financial planningnya harus baik. Freelancer waktunya fleksibel. Produktivitas itu dinilai dari output. Jadi harapannya melalui MJC ini kita dapat membentuk freelancer yang profesional holistik mulai etos kerja sampai dengan financial planning atau mengelola keuangannya dengan baik,” kata dia.

Emil menambahkan, angkatan kerja muda juga bisa memanfaatkan teknologi dengan membentuk platform-platform baru. Contohnya berkolaborasi dengan petani atau nelayan lokal untuk menjual dan mendistribusikan hasil panen atau tangkapan, sehingga bisa menjangkau masyarakat lebih luas.

Emil menegaskan, Pemprov Jatim melalui program MJC hadir untuk menfasilitasi para angkatan kerja muda. Program MJC telah dimulai sejak 2019. Hingga saat ini tercatat sebanyak 400 talenta, 600 klien dan 100 mentor yang sudah bergabung dalam program tersebut.

“Pemprov juga terus memberikan stimulus, meningkatkan kompetensi melalui berbagai pelatihan serta menjalin kemitraan dengan stakeholder yakni antra UKM, BUMD, dan Swasta,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement