Rabu 07 Oct 2020 12:24 WIB

Dradjad: UU Ciptaker Menjadi Perjudian

Tak hanya rakyat sekarang, UU Ciptaker menjadi perjudian nasib generasi mendatang.

Dradjad Wibowo saat voting pemilihan anggota dewan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC).
Foto: istmewa/doc pribadi
Dradjad Wibowo saat voting pemilihan anggota dewan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom senior INDEF, Dradjad Wibowo, mengatakan, kalangan pemerintah yang menyiapkan RUU Ciptaker, dan pihak DPR yang menyetujuinya tanpa meneliti mendalam, mereka itu sedang berjudi dengan nasib rakyat Indonesia. Bukan hanya nasib rakyat saat ini, tapi juga nasib generasi masa depan Indonesia.

Karena Dradjad yang juga bergerak di bidang kelestarian hutan, ia merasa kelestarian menjadi salah satu yang mereka perjudikan. "Hemat saya, judinya justru sangat merugikan generasi sekarang, generasi milenial dan generasi akan datang,” kata Ketua Umum IFCC dan anggota Dewan PEFC Jenewa tersebut, Rabu (7/10).

Investor dunia yang peduli kelestarian, kata Dradjad, akan lari. Kalaupun ada yang datang, itu adalah investor abai atau malah senang merusak lingkungan. "Jika tidak hati-hati, produk ekspor andalan Indonesia bisa semakin diboikot dunia. Kampanye negatif terhadap Indonesia bisa semakin gencar,” ungkap Dradjad.

Menurut Dradjad, Indonesia sudah pernah mengalami hal ini. Dijelaskannya, sekitar 10 tahun lalu ekspor pulp and kertas Indonesia diboikot oleh konglomerat dunia. Mulai dari Xerox, Danone, Mattel dan banyak lagi yang memboikot.

Hal itu yang membuat Dradjad mendirikan IFCC dan menjadi anggota Dewan PEFC yang berbasis di Jenewa. Tujuannya untuk menjamin agar hutan Indonesia dikelola lestari, dan ekspor Indonesia pulih. Ahamdulillah akhirnya ekspor pulp dan kertas pulih, malah naik 1 milyar dolar AS lebih dibanding sebelum boikot.

Sekarang, lanjut Dradjad, minyak sawit yang banyak terkena boikot. Indonesia masih belum berhasil membalikkan imej dunia bahwa sawit itu perusak lingkungan. "Saya khawatir UU Ciptaker akan memperburuk imej tersebut. Bukan tidak mungkin nanti ada lagi produk Indonesia yang diboikot, entah karena isu kelestarian, hak asasi manusia, hak pekerja dan sebagainya,” kata dia.

Itu dari sisi ekspor. Menurut Dradjad, hal yang lebih berat lagi adalah dari sisi risiko bencana alam, hilangnya potensi biodiversitas termasuk potensi bahan baku obat-obatan, hingga perubahan iklim.

Seharusnya RUU dengan dampak yang luar biasa seperti RUU Ciptaker ini dibahas hati-hati dan teliti. Konsultasikan seluas mungkin dengan masyarakat. Dengan demikian, kata Dradjad, Indonesia akan punya UU yang memang terbaik bagi Indonesia.

"Bukan dikebut seperti ini, sementara RUU nya tebal sekali. Saya pernah jadi anggota DPR sehingga lumayan tahu bagaimana pembahasan RUU itu.  Jujur saya tidak tahu lagi bagaimana cara mengingatkan mereka,” papar mantan anggota DPR Fraksi PAN tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement