Selasa 06 Oct 2020 14:17 WIB

BMKG: Karhutla Masih Berpotensi Terjadi di Pulau Jawa

Karhutla masih berpotensi terjadi di Pulau Jawa meski sudah masuk musim hujan.

Karhutla masih berpotensi terjadi di Pulau Jawa meski sudah masuk musim hujan (Foto: ilustrasi karhutla)
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Karhutla masih berpotensi terjadi di Pulau Jawa meski sudah masuk musim hujan (Foto: ilustrasi karhutla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masih terdapat potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dalam periode tujuh hari ke depan di Pulau Jawa. Karhutla masih berpotensi terjadi meski sudah mulai memasuki musim hujan.

"Berdasarkan Sistem Peringatan Dini dan Kebakaran Hutan BMKG yang dibuat setiap hari, pada tujuh hari ke depan ada daerah-daerah yang berpotensi karhutla seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur," kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab dalam konferensi pers virtual antisipasi pengendalian kebakaran hutan di Pulau Jawa, dipantau dari Jakarta pada Selasa (6/10).

Baca Juga

Fachri menjelaskan, analisa dan prediksi BMKG terkait potensi kebakaran hutan dan lahan sangat dinamis karena yang dilihat adalah faktor meteorologi. Dalam pantauan BMKG, untuk periode 6-11 Oktober ada potensi sangat mudah terbakar terutama untuk wilayah selatan Banten sedangkan untuk Jawa Barat risiko berada di pesisir utara.

Untuk Jawa Tengah daerah timur dan pesisir utara masih ada potensi mudah terjadi kebakaran dan di Yogyakarta terutama di bagian timur. Sedangkan untuk Jawa Timur, BMKG melihat masih banyak daerah yang memiliki risiko karhutla seperti daerah utara.

BMKG memprakirakan curah hutan di wilayah Pulau Jawa pada Oktober 2020 umumnya berada pada kategori rendah sampai menengah. Sementara pada November-Desember 2020 curah hujan umumnya pada kategori menegah dan tinggi.

Terkait fenomena La Nina di Indonesia, Fachri mengatakan, saat ini terdapat indikasi La Nina dengan intensitas moderat dan diperkirakan akan terus berkembang sampai dengan akhir tahun 2020. Menurut dia, akhir tahun 2020 La Nina akan mencapai puncaknya dan kemudian akan meluruh pada periode Januari-Februari 2021.

"Yang perlu diwaspadai kondisi La Nina ini secara historis kita analisis berpotensi meningkatkan akumulasi curah hujan di Indonesia, bisa mencapai sekitar 40 persen dari rata-rata peningkatannya. Ini perlu kita waspadai dampaknya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement