REPUBLIKA.CO.ID, oleh Inas Widyanuratikah, Arie Lukihardianti
Tim peneliti gabungan yang diketuai peneliti ITB, Sri Widiyantoro telah melakukan penelitian megathrust dan tsunami di selatan Pulau Jawa. Di dalam hasil penelitiannya, ditemukan kemungkinan terjadi gempa dengan magnitudo 8-9 di titik megathrust tersebut.
Jika gempa tersebut terjadi, maka daerah selatan Pulau Jawa berisiko terdampak tsunami maksimal setinggi 20 meter. Gempa ini belum bisa diketahui kapan terjadi. Selain itu, informasi mengenai kondisi lempeng di selatan Pulau Jawa cukup sulit diteliti.
Salah satu hal yang dilakukan dalam riset ini yakni simulasi jika gempa terjadi di titik megathrust tersebut. Sri menjelaskan, timnya melakukan simulasi selama lima jam. Pada simulasi pertama, diasumsikan gempa terjadi pada titik megathrust yang lebih dekat dengan selatan Pulau Jawa bagian barat.
"Di sebelah barat, setelah disimulasikan selama lima jam, kita mendapatkan tinggi tsunami di pantai Jawa bagian selatan maksimal 20 meter. Semakin ke timur, tsunaminya semakin kecil," kata Sri, dalam diskusi daring, Rabu (30/9).
Simulasi yang kedua jika terjadi gempa di titik selatan Pulau Jawa bagian timur. Tsunami akan terjadi maksimal 20 meter di bagian timur dan semakin ke barat akan lebih rendah.
Selanjutnya, skenario terburuk yang mungkin terjadi adalah gempa pada dua titik yaitu di bagian barat dan timur. Jika ini terjadi, maka di bagian paling barat dan timur Pulau Jawa akan terjadi tsunami maksimal 20 meter.
"Worst-case scenario kalau dua-duanya pecah. Maka terjadinya 20 meter sebelah barat dan 20 meter sebelah timur, diantaranya 4-5 meter," kata Sri yang merupakan Guru Besar bidang Seismologi ITB.
Ia tidak memungkiri bahwa banyak kemungkinan skenario lainnya. Namun, untuk langkah usaha mitigasi terbaik, ia menyarankan agar diperhitungkan skenario yang paling buruk.
Lebih lanjut, Sri menegaskan yang dihasilkan dari penelitiannya adalah risiko terjadi tsunami, bukan prediksi. Ia mengatakan, hingga saat ini tidak ada alat atau manusia yang bisa memprediksi waktu, lokasi, dan kekuatan gempa.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro menegaskan hingga saat ini tidak ada yang bisa memprediksi terjadinya gempa. Ia juga mengatakan, hasil penelitian terkait potensi gempa di selatan Pulau Jawa harus disikapi sebagai bahan untuk mitigasi.
"Dari segi keilmuan, sampai hari ini belum ada metode atau teori yang bisa memprediksi apakah suatu gempa akan terjadi dan kapan," kata Bambang, dalam diskusi daring, Rabu (30/9).
Bambang menilai, perlunya sistem peringatan dini tsunami yang mumpuni. Ia menjelaskan, selain mitigasi dengan melengkapi infrastruktur perlu juga memperhatikan kondisi sosial masyarakat yang berada di daerah rawan bencana.
Saat ini, kata Bambang, pihaknya memiliki dua fokus riset. Pertama adalah riset kebencanaan itu sendiri, seperti risiko-risiko yang mungkin terjadi. Selain itu juga upaya mitigasi yang perlu dilakukan.
"Dan juga yang harus diperhatikan karena Pulau Jawa padat penduduk, maka salah satu yang jadi perhatian kami adalah sesar-sesar yang masih aktif," kata Bambang.
Ia juga menambahkan, perlunya penelitian potensi gempa di daerah selain Pulau Jawa. Sebab, Indonesia sebagai negara cincin api memiliki banyak potensi bencana yang berkaitan dengan kebumian dan gunung meletus.
Lebih lanjut, Bambang juga mengatakan salah satu yang paling penting adalah terkait dengan peringatan dini tsunami. Ia menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki peringatan dini tsunami menggunakan buoy yang sudah dipasang di titik-titik tertentu.
"BPPT yang ada di bawah Kemenristek/BRIN sudah melakukan pembuatan dan penyebaran buoy dan sistem kabel, di berbagai titik khususnya di selatan Pulau Jawa," kata dia lagi.
Selanjutnya, terkait dengan mitigasi secara sosial, Bambang berpendapat agar pembangunan permukiman harus betul-betul memikirkan potensi bencana. Jangan sampai ada orang yang bermukim di daerah yang rawan bencana.
"Jadi intinya, kita tidak boleh mengabaikan segala hal yang penting untuk kita mengantisipasi terjadinya bencana. Jadi mitigasi itu bagaimana kita mendapatkan knowledge yang utuh dan lengkap dan selalu siap siaga," kata Bambang menegaskan.
Salah satu provinsi yang menyusun langkah strategis mitigasi dalam menyikapi penelitian ITB adalah Jawa Barat Jabar. Menurut Kepala Disparbud Jawa Barat, Dedi Taufik, kajian ITB sangat penting karena dibuat oleh orang-orang yang memiliki kompetensi.
“Kami tentu akan membahas hal ini dengan pemerintah kabupaten kota termasuk para pelaku industrinya. Terutama mengenai manajemen krisis yang harus terus diaktifkan dengan baik, termasuk membentuk masyarakat yang juga sadar bencana,” ujar Dedi kepada wartawan, Rabu (30/9).
Dedi mengatakan, hasil kajian mengenai tsunami tersebut, memang menyebabkan kepanikan di beberapa pelaku industri pariwisata Jawa Barat dan calon wisatawan. Persepsi yang terbentuk, tsunami akan terjadi sebentar lagi.
“Kami tetap menganggap hasil kajian ini penting, kita tidak boleh anti atau menolak mentah-mentah karena ada pakar yang terlibat dalam penelitian. Tugas kita kan menekan potensi kerusakan dan korban jika memang itu terjadi,” katanya.
Di sisi lain, kata dia, ada indikasi bahwa informasi mengenai kajian tersebar tanpa data yang utuh. "Rencananya, kami akan sosialisasi dengan menggandeng para pakar (yang terlibat dalam penelitian) agar informasinya utuh, termasuk menggandeng BPBD membahas mitigasi,” katanya.
Saat ditanya mengenai usaha investor atau pengusaha tetap berkegiatan di pantai selatan, Dedi menilai hal itu bergantung pada komitmen semua pihak, termasuk pemerintah daerah.
“Semua harus bisa meyakinkan kembali pasar investor dengan cara promosi dan memasarkan kembali produk-produk investai pariwisata Jawa Barat bagian selatan,” katanya.
Terkait hasil penelitian gempa hingga tsunami pun sempat ditanggapi Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Menurutnya, pulau Jawa selalu dihadapkan dengan potensi tersebut. Masyarakat termasuk pemerintah kabupaten kota diminta meningkatkan kewaspadaan dengan apapun potensi bencana alam.
"Potensi tsunami selalu ada dalam sejarah ribuan tahun pulau Jawa," kata dia pertengahan pekan lalu.
SIARAN PERS TERKAIT KAJIAN POTENSI TSUNAMI SELATAN JAWA
PENELITIAN UNTUK PERKUAT MITIGASI, AGAR MASYARAKAT TIDAK PANIK.
(a thread) pic.twitter.com/9QoNE6CzsH
— BMKG (@infoBMKG) September 29, 2020