Sabtu 19 Sep 2020 17:47 WIB

BPBD: 185 Titik Panas Terpantau di Kalsel

BPBD menyatakan seratusan titik panas itu terpantau satelit Lapan.

Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan berupaya memadamkan api yang membakar semak belukar di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (18/9/2020). Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Selatan mulai marak terjadi dalam beberapa hari belakangan ini akibat faktor cuaca panas serta angin kencang yang terjadi di sejumlah kabupaten dan kota.
Foto: BAYU PRATAMA S/ANTARA
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan berupaya memadamkan api yang membakar semak belukar di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (18/9/2020). Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Selatan mulai marak terjadi dalam beberapa hari belakangan ini akibat faktor cuaca panas serta angin kencang yang terjadi di sejumlah kabupaten dan kota.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan menyatakan sebanyak 185 titik panas (hotspot) terpantau satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di provinsi itu sepanjang hari Sabtu (19/9). Titik panas diiringi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terus meluas.

"Dalam sepekan terakhir, hotspot terbilang tinggi. Bahkan pada Kamis (17/9) lalu ada 195 titik terpantau dengan kebakaran lahan cukup banyak terjadi," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel Sahruddin di Banjarbaru, Sabtu.

Baca Juga

Dia menjelaskan beberapa hari terakhir kebakaran lahan banyak terjadi di daerah utara Kalsel dari Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan hingga Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara. "Makanya helikopter untuk 'water bombing' banyak kita arahkan ke sana. Apalagi titik yang terbakar sulit ditembus Satgas Darat," katanya.

Sahruddin mengaku bersyukur musim kemarau saat ini masih diselingi hujan meski sifatnya hanya hujan lokal dengan intensitas rendah. Karena itu, menurut dia, lahan yang terbakar belum menyentuh lapisan tanah gambut yang kondisinya masih basah akibat hujan yang masih kerap terjadi.

"Karena kalau sudah lapisan gambut yang terbakar, tentu semakin sulit dipadamkan lantaran kedalaman api hingga beberapa meter. Jika sudah begitu, pemadaman perlu ekstra kerja keras seperti tahun lalu," katanya.

Ia mengatakan sesuai prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa Kalsel saat ini mulai memasuki arah ke puncak kemarau. BPBD Kalsel telah menetapkan status siaga karhutla terhitung sejak 1 Juli hingga 30 November mendatang.

Saat ini, kata dia, baru sekitar 50 persen lahan pertanian yang panen. Sedangkan sisanya diperkirakan panen beberapa bulan ke depan. "Pascapanen ini yang kita waspadai. Masyarakat kadang membakar lahan dengan cara dibakar meski tindakan ini terus kami ingatkan untuk tidak dilakukan. Selain itu, lahan-lahan tidur yang tidak difungsikan juga rawan muncul titik api," katanya.

Berdasarkan satelit NSPP dan Aqua/Terra dan Satelit NOAA dari Lapan sejak 1 Januari hingga 19 September 2020 tercatat kebakaran hutan telah terjadi 22 kali dengan luas terbakar 26,78 hektare. Sedangkan untuk lahan yang terbakar 135 kejadian dengan luas lahan 189,89 hektare, demikian Sahruddin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement