Selasa 15 Sep 2020 15:14 WIB

Tetap Kuliah Luring, UMY Siapkan Fasilitas Standar Covid-19

Berapa jumlah maksimal orang yang berada dalam kampus, masih dirundingkan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UMY.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UMY.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) memang sudah melarang kegiatan tatap muka bagi Amal Usaha Muhammadiyah yang belum siap. Namun, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menegaskan siap mengadakan tatap muka.

Hal itu diputuskan lantaran meyakini sudah memiliki sarana dan prasarana yang memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. UMY sendiri memberikan dua pilihan ke mahasiswa yaitu kuliah daring atau luring.

Artinya, tidak ada kewajiban untuk mereka harus memilih salah satu karena pada dasarnya pemberian kuliah luring muncul dari survei mahasiswa. Yang mana, sebanyak 65 persen menginginkan dilakukannya perkuliahan tatap muka.

Untuk itu, Wakil Rektor UMY Bidang Akademik, Dr Sukamta menekankan, UMY cuma memberikan fasilitas ke mereka yang menginginkan. Terkait mekanisme, pada September ini mahasiswa semester tujuh lebih dulu kuliah luring atau daring.

Kemudian, pada Oktober yang melakukan kuliah mahasiswa semester lima, pada November mahasiswa semester tiga, dan Desember baru mahasiswa semester satu. Namun, pemilih kuliah luring diwajibkan mendapat surat izin dari orang tua.

"Yang dapat diunduh di KRS online. Lalu, melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sebelum mengikuti perkuliahan, dan pilihan melampirkan surat keterangan telah melakukan rapid tes, swab test, maupun PCR," kata Sukamta, Selasa (15/9).

Hal ini sesuai dengan surat edaran dan surat keputusan rektor yang dapat diunduh di laman https://covid-19.umy.ac.id. Sukamta mengakui, rencana pelaksanaan kuliah luring memang menimbulkan beberapa pro dan kontra.

Maka itu, UMY membentuk Incident Command System (ICS) sebagai sistem cepat tanggap dalam menghadapi situasi, bahkan yang terburuk. ICS ini terbentuk untuk awasi Wisuda Periode IV dan I beberapa hari lalu yang digelar luring.

Menurut dia, itu semua menunjukkan seberapa siapnya kampus yang memiliki slogan Muda Mendunia, serta Kredo Unggul dan Islami tersebut. Di ICS sendiri ada yang Incident Commander, ditunjuk empat orang untuk bergantian stand by.

Mereka ditunjuk sebagai pemegang kendali saat terjadi insiden untuk lakukan penanganan secara cepat dan tepat. ICS tidak hanya disusun dalam tingkat di universitas, tapi di tingkat fakultas mengingat kampus UMY cukup luas.

"Jadi, ketika ada sesuatu terjadi kepada mahasiswa, karyawan, maupun dosen akan mudah untuk melakukan penanganan," ujar Sukamta, yang juga kepala Satgas Covid-19 UMY.

Terkait sarana dan prasarana terstandar Covid-19, UMY sejak awal pandemi memang sudah menerapkan pengukuran suhu tubuh ke pengunjung di gerbang pintu masuk. Kemudian, ada tempat cuci tangan yang ditempatkan di tiap gedung.

Selain itu, diberikan tanda jarak di setiap ruang tunggu atau kursi. Nanti, akan ditambah pengecekan suhu di setiap gedung, hand sanitizer di lorong-lorong, dan penyemprotan disinfektan tujuh kali sehari di tiap ruang kelas.

Terakhir, ada pemasangan barcode reader yang dipasang di gerbang pintu masuk untuk mendeteksi jumlah dan siapa saja yang masuk lingkungan kampus. Jadi, setiap orang yang masuk akan terdeteksi nama dan nomor handphone lewat scan.

Fungsinya, untuk mengendalikan siapa yang ada dalam kampus dan berapa orang. Misal terjadi sesuatu, UMY sudah memiliki data siapa orang tersebut dan dari mana dia berasal, sehingga semua pengunjung yang masuk akan bisa terdeteksi.

Begitu juga ketika ke luar kampus harus melalui scan barcode, dan rencananya dipasang layar monitor untuk melihat jumlah pengunjung yang ada di UMY. Soal berapa jumlah maksimal orang yang berada dalam kampus masih dirundingkan.

"Sementara dibatasi 6.000 orang, kalau dalam sehari sudah memenuhi jumlah tersebut, maka gerbang masuk akan ditutup," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement