Jumat 11 Sep 2020 06:15 WIB

Epidemiolog: Kumpul-Kumpul Picu Terjadinya Klaster Keluarga

Kasus penyebaran Covid-19 dari klaster keluarga semakin meningkat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah pengunjung kafe menikmati suasana pemandangan Gunung Merapi di Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/7/2020). Munculnya klaster keluarga dalam penyebaran Covid-19 dipicu oleh aktivitas di luar rumah yang tak memerhatikan protokol kesehatan.
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah pengunjung kafe menikmati suasana pemandangan Gunung Merapi di Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/7/2020). Munculnya klaster keluarga dalam penyebaran Covid-19 dipicu oleh aktivitas di luar rumah yang tak memerhatikan protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ancaman penyebaran Covid-19 dari klaster keluarga makin meningkat. Munculnya klaster ini menunjukkan Covid-19 telah masuk ke satuan-satuan unit terkecil dalam masyarakat.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Bayu Satria Wiratama, mengatakan bahwa klaster ini terjadi saat ada anggota keluarga terinfeksi dari luar rumah dan menularkan anggota lain. Salah satu peningkatan disebabkan tidak ada pembatasan mobilitas penduduk.

Baca Juga

Orang-orang banyak melakukan mobilitas, baik ke dalam atau ke luar daerah, sehingga meningkatkan risiko mereka terpapar Covid-19. Hal ini diperparah dengan semakin banyaknya pasien positif Covid-19 asimptomatik (orang tanpa gejala) yang jumlahnya pun tidak diketahui.

"Lalu, mereka yang melakukan mobilitas tidak melakukan isolasi mandiri 14 hari selain jika diwajibkan," kata Bayu, di Yogyakarta, Kamis (10/9).

Bayu menyebut, saat ini masih banyak masyarakat yang belum secara disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Padahal, protokolnya sederhana, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan.

Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya pembatasan kegiatan di tingkat RT/RW. Aktivitas warga yang tidak dibatasi, menurut Bayu, menjadikan klaster keluarga semakin masif.

Bayu mengingatkan agar kegiatan berkumpul warga, seperti arisan, mengunjungi rumah tetangga, dan rapat warga tak dilakukan. Di samping itu, ia menyerukan agar warga tak membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan perumahan tanpa pengawasan dan kurang memperhatikan protokol.

Melakukan liburan atau jalan-jalan di keramaian juga berpotensi membawa virus ketika kembali ke rumah. Bayu mengingatkan, saat aktivitas tidak memperhatikan protokol kesehatan, maka risiko penyebaran akan meningkat.

"Sebaliknya, kalau warga rajin soal masker, jaga jarak, cuci tangan, bisa menurunkan resiko terpapar dan menularkan Covid-19," ujar Bayu.

Untuk itu, Bayu menekankan pentingnya melaksanakan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah yang dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona tipe baru penyebab Covid-19.

"Terapkan protokol kesehatan dengan disiplin, di manapun dan dengan siapapun," kata Bayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement