REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI--Dalam waktu tiga pekan, jumlah klaster keluarga di Bekasi meningkat dari 155 KK menjadi 196 KK. Angka itu mewakili 519 jiwa warga Kota Bekasi yang terinfeksi Covid-19.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, menuturkan, klaster keluarga ini bermula dari anggota keluarga yang bepergian atau bekerja di area risiko terpapar yang tinggi.
Salah satu anggota keluarga yang diketahui positif atau Orang Tanpa Gejala (OTG) bisa jadi tidak melakukan protokol kesehatan yang ketat di rumah. Di sisi lain, ada juga yang fasilitas di kediamannya tidak memungkinkan."Di rumah ini kemudian tidak preventif mungkin sempit ruangnya. Nah itu sebenarnya bisa diantisipasi kalau standar protokol kesehatan di mana pun berada kita terapkan," tutur dia, di Stadion Patriot Candrabraga, Kota Bekasi, Rabu (9/9).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati, menuturkan, pihaknya akan mengevaluasi isolasi mandiri yang dilakukan warga. Nantinya, pihak dinkes akan turun ke lapangan. "Kami akan turun sampel seperti apa, apakah mungkin di dalam tata ruangnya yang kurang. Ini (klaster keluarga) ada dua penyebabnya, perilaku dan fasilitas yang ada," jelas Tanti.
Dia mengatakan, isolasi mandiri perlu sarana dan prasarana yang memadai, minimal ventilasi udara di rumah. Di samping itu, kamar mandi yang digunakan untuk orang yang menjalani isolasi mandiri juga harus berbeda dengan keluarga yang lain.
"Kita cek, padahal kamar mandi itu kita gosok gigi, sabun bersama-sama. Meskipun kita di rumah pakai masker kita tapi kan menggunakannya bersama-sama tidak menutup kemungkinan (menular). Ventilasi itu harus, sekarang itu penyebaran lewat udara. Jangan sampai kita di dalam ruangan tiga jam yang tertutup," katanya.