Kamis 10 Sep 2020 11:15 WIB

Din Syamsuddin: Jakob Oetama Tokoh yang Lemah Lembut

Din kagum pada Jakob yang saat itu membahas pokok-pokok pemikiran Muhammadiyah.

Rep: Akhmad Nursyeha/ Red: Erik Purnama Putra
Kerabat berada di dekat peti jenazah almarhum pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama di rumah duka Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Rabu (9/9/2020).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Kerabat berada di dekat peti jenazah almarhum pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama di rumah duka Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Rabu (9/9/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin berduka cita atas wafatnya pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama pada Rabu siang WIB. Din mengaku hanya bertemu dengan mendiang Jakob beberapa kali, dan memiliki kesan yang baik terhadap tokoh Pers Indonesia itu.

"Saya terkesan beliau adalah sosok seorang tokoh yang lemah lembut, santun dalam berbicara, pemikiran dan pembicaraannya itu menukik pada kemanusian dengan menghargai kemajemukan dan perbedaan," ucap Din saat ditemui Republika ketika menghadiri persemayaman mendiang Jakob di Gedung Kompas Gramedia, Rabu (9/9) malam WIB.

Din merasa kagum pada Jakob yang saat itu membahas pokok-pokok pemikiran Muhammadiyah untuk bangsa. Menjelang pemilu 2009 yang merupakan hasil dari diskusi para Cendekiawan Muhammadiyah, Din ikut merumuskan dalam buku kecil berjudul Revitalisasi Cita-Cita Nasional dan Pembentukan Karakter Bangsa degan Jakob.

"Saya tersentak dan kagum ketika beliau membaca sepintas, beliau langsung memberikan tanggapan, ''pikiran-pikiran seperti ini yang ditunggu oleh bangsa. Kemudian kita diskusi tentang sedikit isi buku itu, yang memang arahnya adalah penguatan karakter bangsa," ujar Din.

Lebih lanjut, Din menambahkan, pemikiran-pemikiran Jakob terkait kemanusiaan masih relevan hingga saat ini. Dia menyebut, mendiang merupakan figur yang melampaui batas waktu, karena berbicara tentang hal-hal yang fundamental.

"Kemanusian itu adalah hal-hal fundamental, dan itu juga esensi agama-agama. Cuma pembicaraan tentang kemanusiaan dikaitkan dengan kemajemukan, untuk kemajuan," ucap Din.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement