REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat dalam dua hari terakhir terjadi gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di daratan Pulau Jawa. BMKG mengatakan gempa bumi kerak dangkal berpotensi menimbulkan kerusakan.
"Gempa akibat aktivitas sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar maka patut diwaspadai. Keberadaan sesar aktif yang jalurnya dekat kawasan permukiman tentu sangat berisiko dapat menimbulkan kerusakan dan juga korban jiwa," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Jumat (4/9).
BMKG mencatat empat kali gempa kerak dangkal yaitu Gempa Dieng dengan magnitudo 2,2 pada Kamis (3/9), pukul 05.00.36 WIB dengan lokasi episenter pada koordinat 7,12 LS dan 109,78 BT tepatnya di darat pada jarak 14 km arah utara Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kedalaman 10 km, dan dirasakan di Dieng I-II MMI. Kemudian, Gempa Sukabumi bermagnitudo 2,7 pada hari yang sama, pukul 20.42.39 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,08 LS dan 106.95 BT tepatnya di darat pada jarak 18 km arah tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat, kedalaman 10 km, dan dirasakan di Kecamatan Nyalindung Sukabumi II-III MMI.
Selanjutnya, gempa Bantul bermagnitudo 3,1 pada Jumat (4/9), pukul 00.07.15 WIB. Lokasi episenter pada koordinat 7,93 LS dan 110,48 BT di darat pada jarak 15 km arah barat laut Gunungkidul, Yogyakarta, kedalaman 5 km dan dirasakan di Bantul II MMI. Terakhir, Gempa Sukabumi magnitudo 3,3 pada Jumat (4/9), pukul 13.30.52 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,11 LS dan 106,93 BT tepatnya di darat pada jarak 20 km arah tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat, kedalaman 4 km dan dirasakan di Kecamatan Nyalindung Sukabumi II-III MMI.
Keempat gempa tektonik itu merupakan jenis gempa kerak dangkal, akibat aktivitas sesar aktif. Gempa Dieng dipicu oleh sesar lokal di sekitar Pegunungan Dieng, Gempa Sukabumi dipicu oleh aktivitas sesar aktif di zona Cipamingkis, dan Gempa Bantul dipicu oleh a hiktivitas penyesaran di zona Sesar Opak. Daryono mengatakan, untuk menimbulkan terjadinya kerusakan bangunan rumah, gempa akibat sesar aktif dangkal tidak harus berkekuatan besar.
BMKG mencatat sejak 2015 di Pulau Jawa setidaknya terjadi lima kali gempa merusak yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang berkedalaman dangkal dengan magnitudo kurang dari 5,0. Tercatat gempa Madiun magnitudo 4,2 pada 25 Juni 2015, gempa Pangalengan magnitudo 4,2 pada 6 November 2016, gempa Garut magnitudo 3,7 pada 18 Juli 2017, gempa Banjarnegara magnitudo 4,4 pada 18 April 2018 merusak lebih dari 316 bangunan rumah, serta gempa Lebak magnitudo 4,4 pada 7 Juli 2018.
Semua rentetan gempa kecil tersebut berkekuatan kurang dari magnitudo 5,0. Untuk itu, katanya, dengan fakta dan data tersebut di atas, aktivitas sesar aktif di daratan dan utamanya dekat dengan kawasan permukiman patut diwaspadai.
"Gempa tidaklah membunuh dan melukai, karena yang menimbulkan korban jiwa yang sebenarnya adalah bangunan tembok dengan yang kualitas rendah asal bangun tanpa mengacu aturan bangunan tahan gempa, sehingga saat terjadi gempa bangunan tembok seperti itu dapat roboh dan menimpa penghuninya," ujar Daryono.