Senin 31 Aug 2020 19:06 WIB

Orang Tua Siswa Apresiasi Bantuan Kuota Internet

Bantuan kuota internet dinilai dapat mengurangi beban pengeluaran selama pandemi

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah siswa saat melakukan aktivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) menggunakan fasilitas jaringan internet gratis
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah siswa saat melakukan aktivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) menggunakan fasilitas jaringan internet gratis

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah orang tua siswa di Tasikmalaya mengapresiasi bantuan kuota internet untuk siswa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada masa pandemi Covid-19. Bantuan kuota internet itu dinilai dapat mengurangi beban pengeluaran selama pandemi masih terjadi.

Salah satu orang tua siswa di Kota Tasikmalaya, Irwan Nugraha (36 tahun) mengatakan, bantuan kuota itu sangat berguna untuk mengurangi beban pengeluaran selama pandemi Covid-19. Sebab, selama pandemi Covid-19 pengeluaran untuk uang pulsa anaknya membengkak.

"Biasa keluar uang untuk pulsa anak itu Rp 50 ribu, sekarang bisa sampai Rp 200 ribu. Jadi sangat berguna," kata dia kepada Republika, Senin (31/8).

Namun, sebagai orang tua siswa, ia menginginkan anaknya segera dapat kembali belajar secara tatap muka di sekolahnya. Sebab, selama anaknya belajar dari rumah, materi yang disampaikan tak efektif.

Karena itu, untuk mendukung proses pembelajaran anaknya, ia harus menyewa guru pembimbing bersama orang tua siswa lainnya dengan biaya Rp 700 ribu per bulan. Sebab, jika hanya mengandalkan dari materi guru, anak tak bisa menyerap materi pelajaran dengan maksimal.

"Guru cuma ngasih soal. Kita juga kerja, jadi tak bisa terus mengawasi," kata orang tua dari Abil Fauzan (11), yang merupakan siswa kelas V SDN Cipari 3 Kota Tasikmalaya

Emma (43), salah satu orang tua siswa lainnya, juga mengapresi bantuan kuota internet dari siswa. Artinya, terdapat perhatian pemerintah untuk kelancaran para siswa belajar dari rumah selama pandemi Covid-19.

Kendati demikian, menurut dia, proses PJJ tak terlalu efektif dibanding belajar tatap muka. Karena itu, ia meminta sekolah dapat segera dibuka agar sekolah tatap muka dapat dilakukan, dengan waktu dan jumlah siswa yang dibatasi.

"Soalnya guru keliling juga tak maksimal, lebih banyak guru hanya hanya memberi tugas lewat handphone. Jadi anak yang dampingi itu orang tua di rumah," kata orang tua M Ikhsan Abdul Malik (10), siswa kelas V SDN Pakemitan 2 Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.

Menurut dia, selama pembelajaran dilakukan dari rumah di rumah, pengeluarannya sama saja. Rata-rata sebulan ia harus mengeluarkan Rp 100 ribu per bulan untuk membeli kuota internet anaknya. Namun, lanjut dia, belajar dari rumah itu kurang efektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement