REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut kasus demam berdarah dengue (DBD) banyak ditemui di dua kelurahan, yakni di Kelurahan Pandeyan dan Pakuncen. Dikatakan bahwa pada 2024 hingga April kasus DBD di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan dibandingkan dengan 2023.
Setidaknya, tercatat 99 kasus DBD hingga April 2024 di Kota Yogyakarta. Sedangkan, selama 2023 hanya ditemukan 86 kasus DBD di Kota Yogyakarta.
“Walaupun naik tahun ini, kasus DBD di Kota Yogyakarta tidak terlalu banyak,” kata Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi, Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu belum lama ini.
Endang pun berharap adanya penyebaran nyamuk ber wolbachia di Kota Yogyakarta dapat menekan kasus DBD. Setidaknya, penyebaran nyamuk ber wolbachia di Kota Yogyakarta sudah mencapai 83 persen.
Meski begitu, Endang juga meminta masyarakat untuk rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), termasuk menguras, menutup, dan mendaur ulang barang (3M plus). PSN dan 3M plus ini dinilai efektif untuk dan efisien untuk mengurangi jentik nyamuk aedes aegypti, penyebab DBD.
“Saya berpesan, jangan mengandalkan penyebaran nyamuk ber-wolbachia, tapi rutin lakukan PSN, sehingga Kota Yogyakarta menjadi kota yang bersih dan sehat,” ungkapnya.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Kraton Yogyakarta, Agung Suryanto Budiraharjo juga menyebut bahwa kasus demam berdarah di wilayahnya mengalami peningkatan. Umumnya, demam berdarah akan dimulai dengan demam tinggi hingga 40 derajat celsius, yang biasanya berlangsung selama 2-7 hari.
Pada fase ini, katanya, juga disertai dengan nyeri pada tubuh, termasuk otot, tulang, sendi, tenggorokan, kepala. Selain itu, juga muncul bintik-bintik kemerahan di kulit selama fase ini.
“Semoga dengan kasus DBD yang ada saat ini, masyarakat ikut berperan aktif dalam pencegahan demam berdarah dengan PSN 3M Plus, sehingga peran masyarakat sangatlah penting dalam menekan angka DBD di Kota Yogyakarta,”kata Agung.