REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengakui kapasitas tes polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) belum maksimal. Salah satu alasannya karena situasi geografis Indonesia menyulitkan pengumpulan sampel tes.
Menurut Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, presiden Joko Widodo telah menargetkan kapasitas tes PCR bisa sampai 30 ribu per hari. Namun per 24 Agustus 2020, rata-rata tes PCR Indonesia sekitar 24 ribu per hari.
"Ini menjadi tantangan pemerintah Indonesia untuk memastikan kapasitas jumlah tes meningkat menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB, Jumat (28/6).
Ia menambahkan, standar tes PCR WHO adalah 1 per 1.000 penduduk per pekan. Artinya, dia menambahkan, Indonesia yang memiliki penduduk sekitar 260 juta orang harus memastikan menguji 260 ribu orang per minggu.
Secara keseluruhan, ia menyebutkan Indonesia memenuhi 34,6 persen standar tes WHO secara nasional. Meski laboratorium di kota-kota besar telah memfasilitasi tes ini, ia mengakui situasi geografis Indonesia menghalangi Indonesia supaya secepatnya memperbaiki kapasitas tes.
"Karena harus mengirimkan sampel dari daerah terpencil," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini Indonesia memiliki 320 laboratorium yang memiliki mesin PCR untuk mendukung tes tersebut. Sebanyak 20 kementerian/lembaga mengatur laboratorium ini dan menjadi tantangan tersendiri untuk menjadi satu komando.
"Jadi, itulah kenapa selama berbulan-bulan kami memperbaiki kerja sama antara laboratorium, yaitu untuk memastikan jumlah testing setiap laboratorium bisa dimaksimalkan," ujarnya.
Ia mengklaim, jumlah tes PCR telah bertambah dari waktu ke waktu dan Pemerintah Indonesia masih berjuang untuk memastikan standar WHO bisa dicapai. Dengan adanya fasilitas, laboratorium dan mesin PCR, pihaknya mengklaim aktif menemukan kasus.
Bahkan, ia menyebutkan laboratorium di Jakarta bisa lebih banyak melalukan tes dibandingkan syarat WHO. "Jakarta bisa melakukan tes PCR empat kali lebih banyak dari standar WHO," ujarnya.