REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Selopampang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menargetkan guru di sekolah tersebut dapat menulis setidaknya satu buku di masa pandemi Covid-19.
Kepala sekolah SMPN 2 Selopampang Ugi Utami di Temanggung, Kamis (28/8), mengatakan selain menyampaikan pembelajaran secara daring kepada para siswa, sekolah menetapkan program satu guru satu buku (sagu-sabu) di masa pandemi Covid-19. Menurut dia bahan penulisan buku dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik literatur cetak, internet, penelitian maupun temuan dalam keseharian.
Ia menuturkan guru telah menjalani pelatihan penulisan sehingga langkah selanjutnya adalah pengumpulan bahan dan penyusunan.
"Kami target setiap guru mampu menghasilkan satu karya berupa buku. Terutama tentang bidang studi yang ditekuninya," katanya.
Ugi menyampaikan pandemi Covid-19 yang melanda bangsa ini tidak menyurutkan minat para guru untuk menghasilkan karya. Hal itu justru sebaliknya para guru lebih bersemangat dalam meningkatkan kualitas dan karyanya, baik melalui pelatihan, tindakan penelitian maupun penulisan.
Ia mengatakan di masa pandemi memberikan sedikit waktu luang bagi guru yang memungkinkan lebih dekat dengan dunia daring.
"Kalau biasanya guru disibukkan dengan aktifitas belajar mengajar dan bimbingan siswa di dalam kelas, maka sekarang guru lebih disibukkan dengan pengajaran dan bimbingan lewat jaringan. Bimbingan baik melalui telpon seluler maupun komputer, karena sekolah harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh melalui jaringan tanpa tatap muka," katanya.
Seorang guru SMPN 2 Selopampang Pitrang Dewantara mengatakan semua guru antusias dan bersemangat dalam mengikuti program ini. Bahkan ada beberapa guru yang telah menyelesaikan lebih dari satu buku.
"Harapannya buku-buku yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta menambah ilmu dan wawasan, baik untuk penulis maupun orang lain," katanya.
Seorang penulisan buku Endah Wiharti mengatakan tidak perlu malu dan takut bagi seorang guru untuk menulis buku. Menulis buku ini bukan perlombaan yang dinilai dan tidak ada karya yang jelek.
"Cobalah terus berkarya, karena setiap hasil karya nanti akan menemukan nasibnya sendiri-sendiri. Bahkan kadang tidak terbayangkan oleh penulisnya sendiri," katanya.