Kamis 27 Aug 2020 19:48 WIB

KBM Tatap Muka Belum Bisa Dilaksanakan di Garut

Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut masih terus meningkat.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Guru memberikan materi pelajaran saat uji coba pembelajaran tatap muka
Foto: Antara/Saiful Bahri
Guru memberikan materi pelajaran saat uji coba pembelajaran tatap muka

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Pendidikan Kabupaten Garut menyatakan belum bisa memberi izin sekolah untuk memulai kegiatan belajar (KBM) tatap muka. Alasannya, hingga saat ini kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Garut masih terus meningkat.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Totong mengatakan, pihaknya belum bisa mengeluarkan kebijakan untuk belajar tatap muka tingkat PAUD, SD, hingga SMP. Mengingat hingga kini tren temuan kasus konfirmasi positif covid-19 di Kabupaten Garut cenderung naik.

"Rencananya sekolah di Kabupaten Garut akan memulai belajar tatap muka mulai September nanti. Namun karena untuk tingkat SMA/SMK yang rencananya dimulai tanggal 18 Agustus 2020 ditunda, tingkat di bawahnya juga tak bisa dilakukan," kata dia, melalui keterangan tertulis, Kamis (27/8).

Ia menjelaskan, berdasarkan Surat Keputusan Bersama Empat Menteri, tahapan KBM tatap muka di sekolah dapat dilakukan setelah tingkat SMA-SMK melaksanakannya. Baru diikuti ke jenjang di bawahnya seperti SMP, SD hingga PAUD.

Menurut dia, meski sarana dan prasarana sudah siap, pihaknya tetap memperhatikan situasi dan kondisi saat ini. Apalagi di beberapa wilayah cenderung belum berubah menjadi zona hijau seluruhnya. Bila terindikasi dalam kondisi tidak aman, apalagi terdapat kasus terkonfirmasi positif Covid-19, atau tingkat risiko daerah berubah menjadi oranye atau merah, satuan pendidikan wajib ditutup kembali.

“Meski secara keseluruhan di beberapa kecamatan risiko rendah, apalagi bila zona hijau mungkin saja dibuka belajar secara tatap muka. Namun bila diamati kelihatannya belum landai,” kata dia.

Ia menilai, jika tahapan masuk sekolah dibuka, belum tentu di tengah perjalanan antarrumah dan sekolah dijamin aman. Ia mencontohkan, di luar seperti angkutan umum, atau saat berjalan kaki, berpotensi tertular atau menularkan virus, karena adanya interaksi.

“Ketika semakin banyak kerumunan, maka semakin banyak pula yang harus diantisipasi. Ini berisiko terjadi kluster baru, dan ini bahaya juga. Jadi, kita mengikuti aturan pusat saja,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement