Rabu 26 Aug 2020 20:34 WIB

Stunting Berdampak pada Gangguan Metabolik Anak

Gangguan metabolik merupakan awal risiko dari penyakit tidak menular.

Stunting Berdampak pada Gangguan Metabolik Anak. Petugas kesehatan mengukur tinggi badan balita saat kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu) di Posyandu Mekar Sari, Karangasem Selatan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Stunting Berdampak pada Gangguan Metabolik Anak. Petugas kesehatan mengukur tinggi badan balita saat kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu) di Posyandu Mekar Sari, Karangasem Selatan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan salah satu dampak jangka panjang kekerdilan (stunting) ialah gangguan metabolik pada anak. Gangguan metabolik merupakan awal risiko dari penyakit tidak menular.

"Seperti kita ketahui stunting ini berdampak luas. Tidak hanya terbatas pada pertumbuhan dan perkembangan saja," kata Direktur Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RR Dhian Probhoyekti Dipo saat diskusi daring di Jakarta, Rabu (26/8).

Baca Juga

Penyakit tidak menular yang berpotensi terjadi di antaranya diabetes, stroke, hipertensi atau darah tinggi dan lain sebagainya. Akibatnya, hal tersebut bisa berimbas pada penurunan produktivitas seseorang di masa akan datang. Tidak hanya itu, juga berpotensi pada kerugian negara.

"Oleh karena itu perlu investasi gizi," katanya.

Untuk memperbaiki kualitas generasi masa depan yang maju, sehat dan produktif serta mampu bersaing memang perlu dilakukan secara bersama dan sejak dini. Presiden telah menyampaikan bahwa pemerintah fokus pada penurunan angka stunting di 10 provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi, yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

Di tengah situasi pandemi Covid-19, layanan kesehatan bagi ibu hamil maupun balita di Puskesmas dan Posyandu masih tetap berlanjut. "Tidak berhenti di tengah pandemi. Artinya, kita harus bisa menyesuaikan kegiatan Posyandu dengan menerapkan protokol kesehatan," kata dia.

Selain itu, pemerintah juga memastikan terus gencar melaksanakan aspek promotif yang meliputi edukasi dan sosialisasi bagi ibu-ibu hamil dan juga keluarga dengan harapan meningkatkan kesadaran pencegahan stunting.

Terutama pada masa atau periode emas peningkatan kualitas pemberian makan bayi dan anak yang di dalamnya juga ada pemberian Air Susu Ibu (ASI) serta makanan pendamping ASI.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement