REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPEN), Erick Thohir, memastikan industri kesehatan dalam negeri bisa bersaing di kancah internasional.
Menurut Erick, Kementerian BUMN saat ini sedang mendalami kerja sama dengan pemerintah Uni Emirat Arab (UAE) untuk mendorong ketahanan industri kesehatan. Kerja sama ini turut melibatkan perusahaan farmasi Indonesia, Kimia Farma dan Indofarma.
"Disinilah kita memastikan bahwa transformasi industri kesehatan kita tidak jago kandang," kata Erick dalam konferensi pers virtual secara langsung melalui Kedutaan Besar Indonesia di UAE, Sabtu (22/8).
Erick menjelaskan, kerja sama ini membuktikan bahwa industri kesehatan Indonesia tidak hanya bisa menjadi partner yang baik untuk menjaga distribusi di dalam negeri. Tetapi juga memastikan produk Indonesia bisa terdistribusi dengan baik di luar negeri.
Selain di bidang kesehatan, Erick menambahkan, Kementerian BUMN dan pemerintah UAE juga sedang mendalami kerja sama di bidang energi. Erick berharap Indonesia bisa mendapatkan tambahan teknologi dari UAE khususnya di bidang energi sehingga bisa menekan impor minyak yang sekarang masih tinggi.
Menurut Erick, Kementerian BUMN melalui PLN juga akan bekerja sama dengan perusaha energi baru terbarukan (EBT) asal Abu Dhabi, Masdar, untuk melakukan eksplorasi sumber energi terbarukan di Indonesia. "Bagaimana agar PLN bisa berpartner dengan Masdar membangun energi tenaga surya yang awalnya di Cirata dan akan kita eksplor lagi di bebrapa daerah lain," Erick.
Terakhir, Erick menambahkan, Kementerian BUMN dan pemerintah UAE akan bekerja sama di bidang pangan. Erick melihat terdapat potensi pasar yang cukup besar di UAE. Indonesia bisa memanfaatkan kerja sama ini untuk meningkatkan distribusi produk pangan Indonesia di luar negeri. Pasalnya, UAE merupakan pusat distribusi untuk negara-negara di Afrika dan Timur Tengah.
Di sisi lain, menurut Erick, kerja sama ini dapat meningkatkan kualitas produksi pangan dalam negeri. "Kita ingin pastikan standarisasinya baik. Ini yang menjadi kekurangan kita dalam memproduksi hasil pangan, kita masih kalah dengan negara tetangga," jelas Erick.