REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebelum HS (34 tahun) habis di tangan istrinya, RKD (35 tahun) pada Ahad (16/8), diketahui pasangan suami istri ini sering cekcok akibat permasalahan ekonomi yang tidak stabil. Terutama di tengah pandemi Covid-19 di saat keduanya tidak memiliki pekerjaan.
“Memang sering ribut, karena memang suaminya nganggur dan istrinya yang pernah bekerja jadi waitress di hotel saat Covid-19 tidak ada penghasilan,” ujar Kapolsek Mampang Prapatan, Kompol Sujarwo kepada awak media, Senin (17/8).
Sujarwo mengatakan, sang suami yang hanya bekerja serabutan diketahui sering marah-marah dan ringan tangan. Tak jarang sang istri dipukul karena masalah sepele.
Namun, dari keterangan tersangka, korban memang sering naik pitam dan tidak memiliki permasalahan gangguan jiwa. “Kalau sejauh ini tidak ada gangguan kejiwaan. Kita sudah lakukan proses, dari keterangan saksi enggak ada,” ujar dia.
Di depan awak media, RKD mengaku menyesal sambil mengeluarkan air mata. Namun, dia juga menyayangkan sikap suaminya yang ringan tangan. “Dia sering mukul karena masalah sepele. Ada empat kali,” ujar RKD sambil menangis.
Sebelumnya, diketahui HS dibunuh oleh istrinya, RKD, dengan sebilah pisau dapur di rumah kontrakannya. Tepatnya di Jalan Bangka VIIIC, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sebelum dibunuh dengan sebuah tusukan di dada, pasangan suami istri dari pernikahan siri ini sempat cekcok karena masalah ekonomi.
“Awalnya suami minta uang kepada istrinya Rp 30 ribu, biasanya buat beli rokok,” kata Sujarwo.
Kemudian, Sujarwo menjelaskan, hal tersebut membuat RKD marah. Dari situlah terjadi cekcok, yang menyebabkan HS memukul RKD sambil mengancam dengan sebilah pisau. RKD yang merasa terancam merebut pisau tersebut, dan akhirnya menusuk suaminya di bagian dada.
Saat ini pihak kepolisian sedang memeriksa lima orang saksi, dan memproses barang bukti berupa sebilah pisau. Untuk jenazah sendiri kini sedang dilakukan autopsi. “Kini kami akan tindak pidananya untuk pemeriksaan lebih lanjut,” lanjut Sujarwo.