Selasa 11 Aug 2020 14:56 WIB

Cuci Darah Sempat Terhenti, Kini Zaki Andalkan JKN-KIS

Mazdiani terbantu dengan program JKN-KIS karena ia harus cuci darah dua kali sepekan.

Sempat terhenti cuci darah karena prosedur program jaminan terdahulu yang berbelit dan rumit, kini pria yang akrab disapa Zaki ini mantap cuci darah dengan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Foto: istimewa
Sempat terhenti cuci darah karena prosedur program jaminan terdahulu yang berbelit dan rumit, kini pria yang akrab disapa Zaki ini mantap cuci darah dengan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

REPUBLIKA.CO.ID, HULU SUNGAI TENGAH--Sempat terhenti cuci darah karena prosedur program jaminan terdahulu yang berbelit dan rumit, kini pria yang akrab disapa Zaki ini mantap cuci darah dengan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Zaki teringat saat 2006 silam, dirinya divonis dokter mengidap gagal ginjal yang mengharuskan tiap minggunya melakukan hemodialisa. Mengingat cuci darah yang saat itu biayanya sudah mencapai Rp 600-900 ribu sekali cuci, ia mencari keringanan dengan program pemerintah, namun berujung kekecewaan.

Saat ditemui bersama sang istri beberapa waktu lalu di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Barabai, ia mengisahkan, kekecewaan muncul karena KTP yang ia miliki di luar dari tempatnya tinggal. Sehingga membuatnya harus bolak balik demi mendapatkan surat keterangan tidak mampu. “Sempat wira-wiri Banjarbaru-Barabai untuk dapat surat keterangan, tapi alhamdulillah sekarang sudah ada JKN-KIS, biayanya terjangkau, mudah sekali,” tutur Mazdiani sang istri.

Mazdiani mengatakan, dirinya dan keluarga sudah mendaftar jadi peserta JKN-KIS sejak tiga tahun yang lalu atas rekomendasi seorang dokter praktik perorangan. Setelah itu barulah ia mendaftar hingga saat ini dan tak pernah lagi ada kendala untuk cuci darah. “Selama ini yang dirasakan enak pakainya, tidak ada biaya tambahan, rasanya dipermudah dan terbantu sekali daripada program yang terdahulu, ujung-ujungnya bayar sendiri,” kata warga Banua Budi Barabai tersebut.

Ia merasa terbantu sekali dengan program JKN-KIS lantaran cuci darah yang dilakukan tak pernah absen dua kali seminggu. Sempat berhenti selama kurang lebih 4 tahun karena tak sanggup baik pengurusan surat maupun biaya yang ada, kondisi kesehatan Zaki berujung menurun. Sekitar tahun 2016 lalu sempat Zaki merasakan koma selama 3 hari yang kemudian disarankan untuk mendaftar program JKN-KIS.  “Selagi kami bisa dan masih sehat, mending bayar iuran JKN-KIS saja daripada sakit,” tutur Maziani.

Zaki juga mengungkapkan iuran JKN-KIS yang berlaku dirasa masih bisa dijangkau. “Tidak apa iurannya naik asalkan masih terjangkau, seperti saya saat ini di kelas 3,” tambahnya.  Zaki menganggap program JKN-KIS yang selama ini sudah berjalan sudah cukup baik baginya. “Alhamdulillah, sudah dipermudah dan tetap bersyukur saja, JKN-KIS seperti saat kami rasakan sekali manfaatnya,” syukur Zaki. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement