Kamis 06 Aug 2020 11:23 WIB

Respons Ledakan Beirut, Jokowi: Indonesia Bersama Lebanon

Ledakan Beirut tewaskan sedikitnya 135 orang dan lebih dari 5.000 orang terluka.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Presiden RI, Joko Widodo
Foto: BPMI
Presiden RI, Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pesan duka cita untuk masyarakat Lebanon. Jokowi merespons ledakan dahsyat yang melanda area pelabuhan di ibu kota Beirut pada Selasa (4/8). Peristiwa ini menewaskan sedikitnya 135 orang dan lebih dari 5.000 orang terluka.  

"Saya turut berbela sungkawa untuk saudara-saudariku di Lebanon. Dalam kejadian tragis dan menyakitkan ini, Indonesia berdiri bersama Lebanon. Doa kami untuk keluarga dan korban ledakan dahsyat di Beirut," tulis Jokowi dalam cuitannya di media sosial, Kamis (6/8). 

Baca Juga

Hingga hari ini, tim evakuasi dan penyelamat Lebanon masih terus melakukan pencarian jenazah serta warga yang hilang pasca-ledakan mengguncang Beirut. Hingga Rabu (5/8), sedikitnya 135 orang telah dilaporkan tewas.

Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan mengungkapkan ledakan telah menyebabkan lebih dari lima ribu orang terluka. Sementara puluhan warga lainnya masih dinyatakan hilang. Pemerintah telah mengumumkan tiga hari berkabung dimulai pada Kamis (6/8).

"Tidak ada kata yang bisa menggambarkan kengerian yang melanda Beirut tadi malam, mengubahnya menjadi kota yang dilanda bencana," kata Presiden Lebanon Michel Aoun.

Dia berjanji pemerintah akan menyelidiki peristiwa ledakan secara tuntas dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Hal itu guna meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak terlibat.

Ledakan di Beirut berasal dari sebuah gudang yang berlokasi di dekat pelabuhan. Menurut Aoun, gudang itu menyimpan 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi pupuk dan bahan peledak.

Aoun menyebut amonium nitrat telah berada di gudang tersebut selama enam tahun. Tak ada langkah pengamanan yang diterapkan setelah bahan kimia itu disita. 

Sumber resmi yang mengetahui investigasi awal menyalahkan insiden ledakan sebagai kelambanan dan kelalaian. Dia mengatakan tidak ada yang dilakukan oleh komite dan hakim yang terlibat dalam masalah tersebut untuk memerintahkan pemusnahan atau pelenyapan amonium nitrat tersebut.

Menurut sumber-sumber di kementerian kabinet memerintahkan pejabat pelabuhan yang terlibat dalam menyimpan atau menjaga amonium nitrat di gudang sejak 2014 untuk dimasukkan ke dalam tahanan rumah. Kabinet pun telah mengumumkan keadaan darurat selama dua pekan di Beirut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement