REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, tahun ini dirasa tidak realistis untuk menggelar ajang olahraga yang berpotensi menimbulkan kerumuman. Terutama, bagi negara-negara dengan transmisi komunitas Covid-19 yang tinggi.
Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan bahwa penyelenggaraan ajang olahraga justru bisa menjadi sebuah bencana apabila dihadiri langsung oleh ribuan hingga puluhan ribu penonton. Dalam acara bincang-bincang melalui sosial media WHO, Ryan mengatakan, tidak bisa memprediksi kapan ajang olahraga besar bisa kembali dilanjutkan.
"Kerumunan besar dengan 40, 50, 60 ribu orang. Itu tidak hanya berisiko saat di stadion, tetapi juga saat dalam perjalanan ke stadion, dalam transportasi umum," kata Ryan, seperti dikutip AFP, Rabu (5/8).
Sejumlah ajang olahraga besar, seperti Olimpiade Tokyo dan Piala Euro 2020 sudah diundur hingga tahun depan. Sementara, Liga Champions dan Liga Premier tetap berlangsung, meski tanpa penonton.
Menurut Ryan, keputusan tanpa penonton itu merupakan opsi terbaik saat ini apabila tetap ingin melanjutkan kompetisi. Tak hanya stadion, tempat-tempat umum lainnya, seperti bar pun masih agak sulit untuk dibuka kembali sepenuhnya.
"Kami semua ingin ajang olahraga kembali. Kami hanya harus berhati-hati untuk waktu yang lama, saat ini, sulit bagi tempat-tempat untuk dibuka kembali sepenuhnya," ujarnya.