Rabu 05 Aug 2020 06:03 WIB

Kasus Covid Riau Cetak Rekor, Pekanbaru Tetap Buka Sekolah

Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT telah meneken surat keputusan sekolah tatap muka.

Siswa mengerjakan tugas sekolah di rumahnya di Pekanbaru, Riau, pada masa belajar di rumah dari 16 April menjadi 30 April 2020 lalu. Mulai Agustus ini, Pemkot Pekanbaru berencana akan membuka kembali sekolah meski Pekanbaru masih berstatus zona merah. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/rony muharrman
Siswa mengerjakan tugas sekolah di rumahnya di Pekanbaru, Riau, pada masa belajar di rumah dari 16 April menjadi 30 April 2020 lalu. Mulai Agustus ini, Pemkot Pekanbaru berencana akan membuka kembali sekolah meski Pekanbaru masih berstatus zona merah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Lonjakan jumlah kasus baru Covid-19 diRiau tidak menghambat rencana Pemkot Pekanbaru membuka kembali sekolah. Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT telah menyetujui anak sekolah tingkat PAUD, TK, SD dan SMP untuk melakukan kegiatan belajar secara tatap muka.

Seperti diketahui, Kota Pekanbaru kini masih berkategori zona merah dengan 188 kasus terkonfirmasi Covid-19. Adapun, total positif Covid-19 di Provinsi Riau sebanyak 577 kasus.

Baca Juga

"Sudah diteken suratnya tentang sekolah tatap muka sehari dalam satu pekan, kapan waktu dan teknisnya diserahkan kepada kebijakan masing-masing sekolah," kata Kabag Humas Pemkot Pekanbaru Masirba Sulaiman di Pekanbaru, Selasa (4/8).

Masirba mengatakan, diambilnya kebijakan membolehkan siswa belajar tatap muka di tengah pandemi Covid-19 untuk mengakomodasi keluhan para orang tua yang selama ini sulit mengajari anak mereka untuk beberapa bidang studi. Selain itu, di era tatanan adaptasi kebiasaan baru (AKB), lanjutnya, semua aktivitas juga sudah diperbolehkan, kecuali sekolah.

Dinas Pendidikan sudah menyurati semua sekolah untuk menindaklanjuti SOP belajar tatap muka di tengah pandemi Covid-19. Namun, tidak memastikan kapan sekolah-sekolah di Pekanbaru dibuka.

"Ketika surat Disdik sudah dibalas maka sekolah sudah memulai akvifitas belajar mengajar tatap muka di sekolah," katanya.

Laju penularan Covid-19 di Riau sendiri terbilang masih kencang. Dinas Kesehatan Riau pada Selasa (4/8), menyatakan kasus terkonfirmasi Covid-19 di provinsi itu dalam dua hari terakhir melonjak drastis sehingga totalnya kini mencapai 577 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, Selasa, menyatakan ada penambahan 71 kasus baru yang terkonfirmasi Covid-19. Ini adalah penambahan tertinggi dalam sehari di Riau, setelah pada Senin (3/8) lalu ada tambahan 50 kasus.

"Dengan adanya penambahan 71 kasus baru tersebut maka jumlah total konfirmasi positif di Provinsi Riau 577 kasus," kata Mimi Yuliani.

Mimi memerinci total kasus Covid-19 di Riau terdiri atas 97 orang menjalani isolasi mandiri, dirawat di rumah sakit ada 123 orang, sembuh dan dipulangkan ada 344 orang, serta 13 meninggal dunia. Terjadinya peningkatan drastis kasus terkonfirmasi, lanjutnya, karena Pemprov Riau kini gencar melakukan tes usap untuk mencari pasien dari orang tanpa gejala (OTG).

Selain itu, pemerintah daerah juga gencar melakukan tes usap kepada tenaga kesehatan, di semua fasilitas kesehatan terutama rumah sakit rujukan Covid-19. Hasilnya, sudah ada 78 orang tenaga medis yang terkonfirmasi terinfeksi Covid-19.

“Terjadinya peningkatan untuk hari ini yang mana terdapat penambahan 71 kasus yaitu berasal dari kontak erat kasus positif sebelumnya. Dari jumlah total 577 kasus konfirmasi positif COVID-19 Riau, 78 orang ialah dari tenaga medis yang tersebar di 10 kabupaten/kota," katanya.

Dengan terus bertambahnya jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19, ia meminta masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Ia mengakui kondisi masyarakat kini makin abai karena banyak yang beraktivitas di luar rumah tanpa masker, tidak menjaga jarak dan berkerumun di tempat umum.

“Pemerintah Provinsi Riau juga mengajak masyarakat untuk tidak henti-hentinya menerapkan protokol kesehatan,” katanya.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti sebelumnya meminta, pemerintah tidak gegabah untuk membuka sekolah-sekolah di masa pandemi Covid-19. Terutama, kata dia, di saat fasilitas sekolah belum bisa menerapkan protokol kesehatan untuk menjamin keselamatan siswa selama di sekolah di saat pandemi.

“Kami belum melihat ada upaya-upaya semacam itu, lalu bagaimana Kemdikbud hendak membuka sekolah di semua zona (hijau, orange, kuning maupun merah) ketika tidak memiliki data apa pun di level sekolah,” sindir Retno melalui siaran pers yang diterima Republika, Selasa (28/7).

Senada dengan Retno, Wasekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim meminta pemerintah tidak gegabah terkait pembukaan kembali sekolah di zona selain hijau. Menurut dia, membuka sekolah di zona selain hijau akan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan siswa dan guru.

"Kami pikir wacana pemerintah untuk membuka kembali sekolah di zona kuning ini sangat gegabah. Ini berpotensi mengancam keselamatan guru dan siswa. Bagi FSGI, kesehatan adalah yang utama, karena orang sehatlah yang bisa belajar. Orang sehatlah yang bisa menerima pendidikan," kata Satriwan, dalam keterangannya, Jumat (31/7) pekan lalu.

Ia menjelaskan, bahkan sebenarnya membuka sekolah di zona hijau juga memiliki risiko infeksi Covid-19 pada siswa dan guru. Sebab, meskipun sekolah berada di zona hijau, tidak sedikit siswa dan guru yang tinggal di wilayah berbeda dengan status zona yang tidak sama.

Menurut dia, pembukaan sekolah harus berdasarkan kajian yang mendalam. Pemerintah juga harus mendapatkan asesmen dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya.

"Bagi kami ini membahayakan. Padahal sebelumnya pemerintah komitmen mengutamakan kesehatan guru dan siswa. Tapi kenapa sekarang zona kuning ingin dibuka kembali?" kata dia lagi.

photo
Infografis Survei Orang Tua Khawatir Jika Sekolah Dibuka Kembali - (Infografis Republika.co.id)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement