Kamis 30 Jul 2020 16:38 WIB

ICW: Pembelian Jet Eurofighter Typhoon Pemborosan Anggaran

ICW meminta Menhan Prabowo batalkan rencana pembelian Eurofighter Typhoon.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Koordinator ICW Adnan Topan Husodo.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Koordinator ICW Adnan Topan Husodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai bahwa pembelian pesawat bekas Eurofighter Typhoon merupakan pemborosan anggaran negara. Mereka pun mendesak Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto membatalkan pembelian pesawat dari Austria tersebut.

"Kami memandang, usia pesawat yang sudah memasuki hampir 20 tahun akan lebih memboroskan anggaran jika dibandingkan dengan mengadakan pesawat baru," kata Peneliti ICW Adnan Topan saat dikonfirmasi, Kamis (30/7).

Baca Juga

Adnan mengatakan, pemerintah Austria dikabarkan berniat mempurnatugaskan seluruh armada Eurofighter Typhoon pada 2017. Pemerintah Vienna menimbang bahwa operasional pesawat yang dibuat pada 2002 itu sudah tidak efisien lagi.

"Kemhan tidak memiliki alasan yang memadai untuk membeli pesawat tersebut, baik dari aspek teknis-yuridis, aspek teknis-operasional pesawat, termasuk menimbang efisiensi anggaran negara," ujarnya.

Adnan mengungkapkan, pemerintah Indonesia harus mengeluarkan anggaran yang lebih besar untuk mengoperasikan dan merawat pesawat jika rencana pembelian ini direalisasikan. Lanjutnya, hal serupa juga menjadi pertimbangan pemerintah Austria untuk mempensiunkan pesawat tersebut.

Menurut pemerintah Austria, mereka akan mengeluarkan kurang lebih 5 miliar Euro jika tetap mengoperasikan pesawat hingga usianya habis. Secara teknis umur pesawat secara umum antara 25 hingga 30 tahun. Nominal tersebut akan lebih efisien 2 miliar jika mereka membeli pesawat baru.

Adnan melanjutkan, pembelian pesawat bekas dengan usia 20 tahun juga dapat menimbulkan masalah baru di masa yang akan datang. Menurutnya, ide pembelian tersebut hanya akan mengulangi kesalahan di masa lalu.

Dia mengungkapkan, pengadaan alutsista bekas menimbulkan masalah akuntabilitas anggaran pertahanan. Lanjutnya, yang lebih berbahaya lagi adalah penggunaannya oleh prajurit TNI menghadapi risiko terjadi kecelakaan.

"Indonesia terkesan menjadi negara pasar alutsista bekas karena kerap kali membeli barang bekas dari negara lain," katanya.

Dia memandang jika menghitung kembali dengan nilai efisiensi alat yang dibeli maka tentu Indonesia akan lebih mendapatkan manfaat besar apabila membeli pesawat tempur baru yang dibutuhkan untuk kepentingan melindungi udara Indonesia dari potensi gangguan.  

Sebelumnya, Indonesia dikabarkan berminat membeli 15 pesawat tempur buatan konsorsium Eropa, yakni Eurofighter Typhoon, yang saat ini dioperasikan oleh AU Austria. Menhan Prabowo Subianto disebut telah mengajukan proposal kepada Menteri Pertahanan Republik Austria Klaudia Tenner untuk mengakuisisi 15 pesawat tempur jenis delta wing hasil rancangan empat negara, yakni Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol itu.

Situs berita berbahasa Jerman, Kronen Zeitung mengunggah foto proposal tawaran pembelian 15 pesawat Eurofighter Typhoon dari Menhan Prabowo kepada Menhan Austria.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement