REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD RI Fahira Idris mengapresiasi sikap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang meminta maaf ke sejumlah organisasi (Muhammadiyah, NU, dan PGRI) terkait polemik Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Senator asal Jakarta tersebut berharap permintaan maaf tersebut ditindaklanjuti Mendikbud dengan melakukan evaluasi total dan komprehensif terhadap POP Kemendikbud.
“Untuk itu, agar evaluasi berjalan efektif, program ini idealnya dihentikan dulu untuk sementara,” kata Fahira dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (30/7).
Menurutnya, poin-poin keberatan ketiga organisasi ini tidak terbatas hanya terkait Putera Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation saja. Tetapi juga semua sisi program mulai dari konsep, kriteria atau standar kelayakan organisasi, proses seleksi atau pemilihan dan penetapan peserta POP, prioritas anggaran, hingga soal sosialisasi program. Oleh karena itu, ia menganggap Kemendikbud perlu melakukan penyempurnaan semua sisi POP agar tujuan baik dari program ini benar-benar dapat dirasakan rakyat terutama anak-anak Indonesia.
“Saya rasa kisruh POP ini mempunyai hikmah yaitu menjadi jalan bagi Kemendikbud agar program ini benar-benar berjalan baik dan sempurna dan yang paling penting menjadi lompatan untuk kemajuan dunia pendidikan kita,” ujarnya.
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim meminta maaf kepada NU, Muhammadiyah, dan PGRI soal kisruh Program Organisasi Penggerak (POP). Ia berharap, ketiga organisasi besar tersebut bersedia memberikan bimbingan dalam melaksanakan programnya.
"Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala keprihatinan yang timbul dan berharap agar tokoh dan pimpinan NU, Muhammadiyah, dan PGRI bersedia untuk terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program yang kami sadari betul masih belum sempurna," kata Nadiem, dalam sebuah video resmi dari Kemendikbud, Selasa (28/7).
Ia menjelaskan, niat awal dari program ini adalah bermitra dengan para penggerak pendidikan untuk selanjutnya menemukan inovasi yang dipelajari oleh pemerintah. Tujuan akhirnya adalah agar program yang tepat bisa diterapkan dalam skala nasional. "Hanya satu misi program kami, mencari jurus dan pola terbaik untuk mendidik penerus negeri ini," kata Nadiem.