REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Wafatnya Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat, meninggalkan, duka yang mendalam bagi berbagai kalangan. Almarhum pun dikenang sebagai sosok orang tua yang menjadi panutan.
Hal itu seperti yang disampaikan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil atau yang biasa disapa Emil. Dia mengenang almarhum sebagai sosok yang sopan, santun, bertutur bahasa halus dan memiliki akhlak yang baik.
Selain itu, almarhum juga selayaknya seorang kakak yang senantiasa mengajarinya tentang keikhlasan. Sultan Arief juga menasihatinya dan mengingatkannya mengenai jabatan di dunia yang hanya bersifat sementara. "Saya sangat kehilangan," tutur Emil.
Emil pun bertakziah ke Keraton Kasepuhan Cirebon dan turut menyolatkan jenazah sultan. Atas nama pribadi dan Pemprov Jawa Barat, dia mengucapkan belasungkawa atas berpulangnya almarhum.
Wali Kota Cirebon, Nashrudin Azis, juga mengenang Sultan Arief sebagai sosok orang tua. Almarhum kerap memberinya nasihat. "Saya sering diberi nasihat, sambil pegang pundak saya," tutur Azis.
Azis menilai, hal tersebut merupakan perilaku khas orang tua kepada anaknya. Selain memberikan nasihat, almarhum juga selalu mendoakan dan mendukungnya agar menjadi lebih baik. "Beliau berpesan untuk melestarikan budaya," tukas Azis.
Sultan Arief meninggal pada Rabu (22/7) pukul 05.20 WIB saat menjalani perawatan di RS Santosa Bandung akibat penyakit kanker usus. Dia dimakamkan di kompleks pemakaman Astana Gunung Jati Cirebon.
Sultan Arief meninggalkan seorang istri, Raden Ayu Isye Natadiningrat, dan empat orang anak. Anaknya yang bernama PRA Luqman Zulkaedin merupakan putra mahkota yang akan meneruskan tahtanya.