Sabtu 18 Jul 2020 13:41 WIB

Interval Letusan Gunung Raung Diperkirakan Hingga 2,5 Tahun

Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius 2 Km dari kawah Gunung Raung.

Interval Letusan Gunung Raung Diperkirakan Hingga 2,5 Tahun. Gunung Raung mengeluarkan awan panas terlihat dari Desa Melaten, Bondowoso, Jawa Timur.
Interval Letusan Gunung Raung Diperkirakan Hingga 2,5 Tahun. Gunung Raung mengeluarkan awan panas terlihat dari Desa Melaten, Bondowoso, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Interval letusan Gunung Raung yang berada di ujung timur Pulau Jawa diperkirakan berkisar 1,2 tahun sampai 2,5 tahun berdasarkan hasil analisis Crystal Size Distribution (CSD) yang dilakukan vulkanolog Mirzam Abdurrachman bersama mahasiswa teknik geologi ITB.

"Kami tengah meneliti bentuk kristal dari lava Gunung Raung lalu dianalisis menggunakan CSD. Hasilnya adalah kami memperoleh residence time (waktu tinggal)," kata Mirzam dalam siaran pers Humas ITB yang diterima, Sabtu (18/7).

Baca Juga

Menurut hasil penelitian, pengajar di Program Studi Teknik Geologi ITB itu mengatakan, waktu tinggal Gunung Raung yang terpendek 1,2 tahun dan terpanjang 2,5 tahun. "Artinya, gunung tersebut akan meletus setiap rentang tersebut. Apabila melewati itu, maka letusan berikutnya akan lebih besar karena telah terjadi akumulasi energi dalam waktu yang lama," katanya.

Ia menjelaskan gunung yang berada di perbatasan Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember itu tercatat telah meletus delapan kali dalam 20 tahun terakhir. Gunung Raung meletus pada 2000, 2002, 2004, 2005, 2007, 2012, dan 2015.

"Dari hal tersebut dapat dihitung rata-rata interval meletus sekitar 2,8 tahun," kata Mirzam.

Sejak letusan terakhir pada 2015 hingga peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Raung pada 16 Juli 2020, intervalnya sekitar lima tahun. Interval tersebut lebih panjang dibandingkan dengan perkiraan interval letusan antara 2,5 tahun sampai 2,8 tahun.

"Tak mengherankan jika saat ini Gunung Raung telah mencapai Level II dan telah mengeluarkan abu vulkanik," kata Mirzam.

Ia juga menjelaskan batuan penyusun Gunung Raung adalah batuan basal yang memiliki kandungan SiO2 rendah sehingga lavanya akan encer. Namun, ia melanjutkan, adanya reaksi dengan batuan yang lebih tua berupa karbonat atau batu gamping akan mengentalkan lava serta membuat material tersebut berpotensi dikeluarkan secara eksplosif.

"Apabila demikian dan letusan eksplosif terjadi, serta jika abu vulkanik telah muncul, masyarakat disarankan memakai masker yang sedikit dibasahi air guna menyaring abu tersebut agar tidak masuk serta menempel pada saluran pernapasan," katanya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Raung dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) mulai Jumat (17/7) pukul 14.00 WIB karena gunung api itu mulai menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

Kepala PVMBG Kasbani meminta masyarakat serta wisatawan tidak berada atau beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah puncak Gunung Raung. "Aktivitas vulkanik Gunung Raung baik secara data pengamatan visual dan kegempaan, mulai menunjukkan peningkatan, maka tingkat aktivitas vulkanik Gunung Raung dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada)," katanya dalam informasi yang disiarkan di laman resmi Kementerian ESDM, Jumat (17/7).

Kasbani mengemukakan adanya potensi sebaran material dari embusan abu Gunung Raung pada 16 dan 17 Juli 2020. "Konsentrasi potensi bahaya masih berada di sekitar kawah/puncak Gunung Raung, yang merupakan Kawasan Rawan Bencana III. Namun demikian, sebaran abu dapat terbawa ke daerah yang lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin," kata Kasbani.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement