Senin 13 Jul 2020 10:45 WIB

Dominasi Orang Tanpa Gejala yang Harus Diwaspadai

Diperlukan upaya tracing yang intensif untuk terus temukan kasus tanpa gejala.

Warga tidak menggunakan masker saat berolahraga pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di Jalan Inspeksi BKT, Jakarta, Ahad (12/7/2020). Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan diperlukan disiplin protokol kesehatan karena dominasi kasus Covid-19 di Jakarta adalah orang tanpa gejala atau OTG.
Foto: . ANTARA/Muhammad Adimaja
Warga tidak menggunakan masker saat berolahraga pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di Jalan Inspeksi BKT, Jakarta, Ahad (12/7/2020). Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan diperlukan disiplin protokol kesehatan karena dominasi kasus Covid-19 di Jakarta adalah orang tanpa gejala atau OTG.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Djoko Suceno, Sapto Andika Candra, Desy Susilawati

Kasus positif Covid-19 di Tanah Air didominasi pasien tanpa gejala atau disebut Orang Tanpa Gejala (OTG). Fakta tersebut diperkuat oleh pernyataan Gubernur DKI Jakarta yang menyatakan 66 persen kasus positif Covid-19 adalah OTG juga dari hanya segelintirnya kasus positif Covid-19 di Secapa AD yang dirawat.

Baca Juga

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengingatkan selama masa PSBB transisi sejak 4 Juni sampai dengan 12 Juli telah ditemukan 6.748 kasus baru. Tingginya kasus diakui dia karena faktor aktifnya upaya tracing atau penelusuran kasus.

Selama 4 Juni sampai dengan sekarang, klaster terbesar otomatis adalah pasien rumah sakit itu 45,26 persen, kedua adalah pasien di komunitas 38 persen mereka yang berada di lingkungan masyarakat. Lalu, di pasar-pasar itu 6,8 persen dan pekerja migran Indonesia itu 5,8 persen, sisanya dari perkantoran.

Dari total pasien positif, Anies mengatakan, 66 persen di antaranya adalah OTG. Orang tanpa gejala umumnya tidak sadar bahwa dia sudah terekspos.

"Artinya kalau saja mereka tidak didatangi tim Puskesmas untuk melakukan testing, barang kali mereka tidak pernah merasa sebagai pasien positif. Padahal ia membawa virus Covid-19," kata Anies.

Anies meminta warga Jakarta harus ekstra hati-hati. "Jadi saya ingin mengingatkan pada semua warga Jakarta harus ekstra hati-hati. Jangan Anggap enteng, jangan merasa kita sudah bebas dari Covid-19. Karena nanti kalau kondisi ini berlangsung terus bukan tidak mungkin kita akan kembali ke situasi sebelum ini," tegasnya.

Bukti maraknya kasus OTG kemudian terpapar dari kondisi di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) Kota Bandung. KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan di Secapa AD tercatat 1.280 orang positif corona. Sedangkan di Pusdikom tercatat 101 siswa positif corona.

Kasus positif di Secapa  terdiri dari perwira siswa (pasis), staf dan pelatih Secapa , serta anggota keluarga personel  Secapa. Dari 1.280 yang dinyatakan positif, 991 diantaranya merupakan pasis, 283 staf dan pelatih, serta enam orang anggota keluarga staf dan pelatih. ‘’Dari enam anggota keluarga, terdaat satu orang masih anak-anak,’’ kata KSAD.   

KSAD mengatakan, setelah dinyatakan positif corona mereka menjalani isolasi di lingkungan Secapa. Dari 1.280 yang dinyatakan positif, hanya 30 orang yang menjalani perawatan di RS Dustira (RS TNI AD), Kota Cimahi. ‘’Sampai hari ini masih ada 17 orang yang dirawat di RS Dusrita. Sisanya sudah kembali ke Secapa untuk menjalani isolasi,’’ ujar dia.

Dikatakan KSAD, pasien yang menjalani perawatan di RS Dustira masuk dalam kategori ringan. Ia mengatakan, hampir seluruh prajurit dan keluarga   yang dinyatakan positif corona tidak memiliki gejala seperti  demam, batuk, dan sakit tenggorokan.

‘’Mereka (yang 17) dalam keadaan baik. Tidak ada gejala klinis yang diderita oleh personel dan anggota keluarga,’’ kata dia.

Menurut jenderal bintang empat ini kasus ini mulai terkuak sejak dua pekan lalu. Saat itu ia menerima laporan dari Komandan Secapa TNI AD, Mayjen TNI Ignatius Yugo Triono. ‘’Ini berawal dari ketidaksengajaan sebenarnya,’’ katanya.

Awalnya, kata Andika, ada dua pasis Secapa yang dirujuk oleh dokter klinik  lembaga pendidikan tersebut ke RS Dustira. Sartu pasis mengeluhkan sakit bisul disertai demam karena adanya infeksi dan satu lagi bermasalah  dengan tulang belakang.

Sesuai dengan prosedur keduanya kemudian menjalani swab dan dinyatakan positif corona. ‘’Keduanya dinyatakan positif setelah menjalani swab,’’ kata dia.

Fakta tersebut, kata Andika, kemudian dilaporkan pada Sabtu pekan lalu. Ia kemudian mengintruksikan jajarannya untuk mengirim alat rapid test ke Secapa sebanyak 1.250 unit sesuai jumlah siswa. ‘’Tapi pertimbangan ada para pelatih yang hari-hari berinteraksi dengan mereka, maka akhirnya kami kirim 1.400 unit,’’ ujar dia.

Dari hasil rapid test tersebut ternyata ada 187 yang reaktif. Dari situlah kemudian Andika ingin lebih yakin atas tes tersebut. Ia kemudian memutuskan swab.

Maka, dikirimlah alat VTM dari Jakarta ke Kakesdam III Siliwangi. ’’VTM itu adalah alat untuk swab ya. Nah saya kirim kemudian dilakukan swab. Dilakukan tes di laboratorium PCR dari situlah akhirnya ditemukan,’’ tutur dia.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan, sebagian besar kasus baru yang terkonfirmasi kemarin (12/7) adalah orang tanpa gejala. Karenanya, sebagian besar pasien tidak memerlukan perawatan dan isolasi di rumah sakit.

"Mereka dengan keluhan sakit ringan bahkan banyak yang merasa tidak sakit, tidak ada keluhan sama sekali," ujar Yurianto dalam keterangan pers.

Pasien positif yang tidak menunjukkan gejala ini kemudian diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing. Isolasi tentu harus dilakukan secara ketat dan taat. Apabila tidak, maka pasien positif yang abai ini akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya.

"Ini yang kita lihat bahwa beban layanan rumah sakit tidak meningkat meski kasus baru ditemukan lebih banyak," kata Yurianto.

Pemerintah terus mengingatkan masyarakat agar mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah atau saat bertemu dengan orang lain. Bahkan, penggunaan masker lebih diutamakan ketimbang faceshield atau pelindung wajah transparan yang belakangan cukup populer.

Yurianto menjelaskan alasan di balik keutamaan mengenakan masker daripada faceshield. Masker dianggap memiliki kemampuan lebih baik dalam menahan partikel droplet, khususnya micro-droplets, yang dimungkinkan masih melayang di udara agar tidak terhirup.

Sedangkan faceshield, ujar Yurianto, hanya cukup ampuh untuk menahan droplet yang berukuran relatif 'besar'. Kewaspadaan mengenai droplet yang bisa melayang di udara memang membesar setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis informasi mengenai potensi penularan Covid-19 melalui microdroplet yang sanggup melayang di udara dalam waktu lama.

Yurianto meminta masyarakat untuk benar-benar mengenakan masker setiap kali beraktivitas di luar rumah. Faceshield, ujarnya, masih boleh digunakan namun sifatnya sebagai tambahan pelindung selain masker.

"Penularan masih mungkin terjadi, di satu sisi banyak kasus positif tanpa gejala yang tak perlu diisolasi di rumah sakit. Namun di sisi lain penularan dengan droplet harus dicegah. Kita tak bisa andalkan faceshield saja, gunakan masker!" ujar Yurianto.

Yuri pun mengakui bahwa memang ada orang yang merasa kurang nyaman saat mengenakan masker. Demi mengatasi hal ini, ia meminta masyarakat menggunakan masker dengan bahan yang nyaman. Ia juga menyarankan menggunakan masker yang menyediakan rongga antara kain masker dengan lubang hidung, sehingga napas masih nyaman dilakukan.

"Jangan turunkan masker ke dagu. Itu sama dengan mencemari bagian dalam masker dengan bakteri atau virus yang mungkin menempel di dagu sehingga kalau menaikkan lagi ke atas tak memberikan makna yang baik.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr (Cand) dr Inggrid Tania MSi mengatakan pentingkan konsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan tubuh. Dengan kondisi aktivitas yang padat di era new normal, menurut Inggrid, dibutuhkan ekstra peningkatan daya tahan tubuh. Sebab, tubuh memang memerlukan tambahan suplemen dari luar.

"Salah satunya suplemen imunomodulator," ujarnya. Imununomodulator adalah zat atau substansi yang dapat memengaruhi sistem imun. Artinya, sistem tubuh diaktivasi dan dimodulasi.

"Imunomodulator terbagi dua, yakni imunosupresan (yang berefek menekan) dan imunostimulan (berefek meningkatkan) respons imun," jelas Inggrid. Ketika tubuh membutuhkan peningkatkan daya tahan tubuh, maka dibutuhkan imunomodulator yang bersifat imunostimulan atau immune booster. Suplemen ini akan meningkatkan aktivitas sel-sel imun tubuh.

Inggrid menjelaskan, imunomodulator bisa terbuat dari subtansi yang natural atau subtansi yang sintetik. Jika ingin mendapatkan perlindungan imun yang maksimal atau komplet, Inggrid menyarankan untuk mengonsumsi keduanya, baik yang imunomodulator yang natural contohnya Echinacea maupun yang sintetik.

"Contoh yang sintetik itu misalnya vitamin C, vitamin D. Kemudian, yang dari bahan natural, tentu saja akan lebih bagus, karena lebih ramah diterima oleh tubuh kita, harapannya lebih mudah diabsorpsi," katanya.

Konsumsi suplemen imunomodulator menjadi penting, karena saat PSBB diperlonggar, banyak orang, termasuk OTG yang juga sama-sama beraktivitas. Inggrid menjelaskan, OTG ini sebenarnya positif Covid-19, namun tanpa gejala sehingga orang tersebut tak mengetahui bahwa dirinya membawa penyakit hingga menjalani tes PCR.

Walaupun tanpa gejala, tetap saja OTG memiliki potensi untuk menularkan orang di sekitarnya. Inggrid mengingatkan bahwa orang dengan daya tahan yang lemah bisa tertular. Gejalanya bervariasi, mulai dari ringan, sedang, atau bisa juga berat.

"Justru saat ini yang mengkhawatirkan itu banyak OTG. Di sinilah pentingnya menjaga daya tahan tubuh secara optimal, di samping kita menerapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, wajib pakai masker, dan jaga jarak," paparnya.

photo
Lima mitos berbahaya terkait corona. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement